Dalam kasus ini, sebut saja Doni siswa kelas 2 SMP di sekolah yang terletak di Kota Bandung. Doni  merupakan  contoh siswa yang tidak  bisa  jauh  dari  gadget,  dirumahnya Doni  pun merupakan anak yang tergolongan kurang didikan orang tuannya karena kedua orang tuannya
disibukan dengan pekerjaan diluar. Doni tidak mendapatkan didikan yang maksimal dari kedua orang tuannya seperti  teman  yang lain.  Ketika dirumah Doni  lebih  banyak  membuang  waktunya dengan bermain game sampai lupa akan kewajiban dirinya sebagai pelajar yang mengharuskan dirinya untuk belajar. Karena Doni termasuk anak yang tidak bisa jauh daru gadget jadi tidak hanya dirumah melainkan disekolah pun ia sering membawa gadget meskipun sudah terdapat  peraturan  dilarang membawa HP tetapi bagi  Doni tidak masalah selagi tidak ketahuan terkadang seringkali ia membawa gadgetnya dengan cara sembunyi - sembunyi.Â
Nah, Doni ini termsusk anak yang tidak pernah membawa prestasi untuk sekolahnya bahkan  termasuk kategori anak  yang sering bermasalah.  Sampai akhirnya terjadi penggeledahan di kelas Doni oleh pihak TATIB dan ia tertangkap basah sedang membawa gadget, secara tidak langsung Doni harus dibawa diruang BK untuk mendapatkan tanganan khusus karena sudah melanggar aturan di sekolahnhya.
Dari permasalahan diatas, kasus Doni dapat ditangani dengan strategin intrevensi melalui guru BK  dengan menggunkan  strategi  konseling individual.  Mengapa menggunakan strategi individual? Karena dalam stratregi konseling individual ini merupakan sebuah proses untuk  memberi  bantuan  dengan  melakukan  wawancara kepada individu oleh seorang konselor.  wawancara hal  ini terkait dengan  apa yang sedang klien  rasakan  entah itu  permasalahan di rumah ataupun disekolah. Â
Jadi, dengan menggunakan konseling individual, klien (siswa) Â dapat lebih mengutarakan segala permasalahnnya kepada guru BK tetapi guru BK juga harus menerapkan strategi bagaimana caranya agar siswa dapat menceritakan dengan leluasa kepada guru BK dan guru BK juga dapat memahami apa masalah dari siswa.
Selain itu, dalam penerapan strategi ini juga tidak lepas dari pesan yang disampaikan konselor  terhadap klien. Jadi konselor harus menyesuaikan bagaimana cara dalam penyampaian pesan dengan  masalah  yang dihadapi  klien  sendiri, sehingga dapat  mengurangi  kesalahan  dalam memberikan pesan yang telah disampaikan oleh konselor kepada klien terkait hubungan dengan permasalah yang dihadapi klien. Jadi konselor disini harus berhati - hati dalam mengambil pesan. Adapun terdapat 2 pendekatan yaitu pendekatan kognitif dan afektif.
Dengan adanya kedua pendekatan tersebut dapat memebdakan pesan maan yang harus diberikan kepada klien  apakah itu sudah sesuai dengan permasalahnnya atau belum. Jadi, dengan melihat bebrapa stretegi diatas konselor dapat memebantu dalam menyelesaikan permasalaahan yang tengah dialami oleh klien tersebut. Dan juga disini peran orang tua sangat penting dalam mengetahui pekembangan anak entah disekolah maupun di rumah agar anak  terus mendapat pantauan yang baik.
Oke, sekian paparan dari saya dan tidak lupa saya ucapkan terimakasih Â
bagi para pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan singkat saya.
Dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum. Wr. wb.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI