Mohon tunggu...
NUNAFRA FARHANGGI
NUNAFRA FARHANGGI Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

life is not always about life

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Pemahaman Tentang Tuhan dan Inderawi Disatukan

13 Januari 2014   10:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya sedang ingin mengungkapkan tanda tanya besar yang selalu hinggap setiap malam. Saya kuliah di jurusan Sosiologi. Jurusan yang mempelajari banyak interaksi, struktur dan seluruh aspek kehidupan sosial. Saya anggap sosiologi adalah raja dari segala raja sosial, bukan karena mau menyombongkan diri tapi memang saya merasa bahwa mempelajari sosiologi seperti mempelajari dunia. Dalam hal ini, dunia menjadi objek kajian kamu, semua aspek dipahami dan dilihat secara mendalam. Hal itu yang disebut Weber sebagai pemahaman mendalam dengan melihat dari berbagai perspektif, bukan hanya dari luarnya saja. Kita harus mengerti dunia, walaupun subyektif, justru hal itulah yang membuat kita bisa menahan semua prasangka buruk, tak boleh menilai baik atau benar (non etis) karena semua hal mempunyai pemahaman masing-masing.

Dalam perjalanannya, saya memang mempelajari banyak teori-teori mulai dari klasik hingga post-modern. Kajian tentang teori sangat dalam dibutuhkan dan digunakan untuk menganalisa gejala sosial yang ada. Namun entah mengapa, dari sisi penglihatan saya yang belum setajam para sosiolog, teori justru mengaburkan prinsip hidup seseorang jika dia tidak kuat dengan apa yang selama ini dia pegang. Prinsip -prinsip hidup baru justru banyak bermunculan diantara mereka bahkan dengan prinsip yang sangat sensitif seperti agama. Tidak jarang para dosen menyeritakan ada beberapa orang yang kemudian mengubah prinsip hidupnya bahwa Tuhan tidaklah ada kecuali bisa dibuktikan secara nyata dengan indera manusia.

Hal ini memang tidak bisa dikatakan salah atau benar karena prinsip hidup merupakan sesuatu yang menjadi hak hidup orang banyak. Saya hanya ingin mengungkapkan pandangan saya, bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak bisa dicampuradukkan menjadi satu terutama dalam ilmu sosiologi. Jika sosiologi memang selalu menekankan empirisme, kepercayaan terhadap Tuhan dan agama merupakan sesuatu yang magic, dalam arti diluar nalar logika manusia. Pandangan ini berdasarkan apa yang saya pahami dan saya mengerti dalam kepercayaan saya.

Semakin kita mengaitkan Tuhan dengan ilmu kehidupan nyata menggunakan penekanan inderawi, maka hati kita semakin tidak bertemu dengan Tuhan :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun