Tangisan awan kelam
Aku tak melihat senyummu saat ini
Bahkan aku tak melihat paras birumu disini
Aku pun tersesat
Ketika aku berjalan menapaki jalan setapak
Cahayamu tlah hilang
Karna kau tlah membawanya pergi
Jauh dariku
Adakah ia kembali membuat biru?
Terlalu gelap untuk kulihat awan kelam itu
Sampai saatnya tiba
ia pun berubah tak biru kembali
Mungkin memang ia tlah memilih untuk pergi
Dan menginginkan tetesan air hujan mengalir deras
Dari mata sang awan.
Sinar,,cahayanya tak kan bisa tergantikan
Sang awan pun hanya menginginkan senyumnya,.
Dan Hadirnya ia dipelukannya
Itu yang dinanti olehnya
Tanpa harus membuat dirinya kelam dan menangis
Ketika sang awan berbicara
Bahwa ia tak bisa tersenyum lagi saat melihat ia pergi
Ia pun hanya bisa menundukkan kepala
Dan saat itupun ia menangis
Menangis untuk dirinya yang tlah membuat wajahnya kelam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H