Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Daripada Dipotong TAPERA, Saya Memilih Cara Ini untuk Membangun Rumah!

16 Juni 2024   06:17 Diperbarui: 16 Juni 2024   18:48 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tabungan Pemeras Rakyat (Sumber: Agustian Deny Ardiansyah/Dokpri)

Beberapa bulan terakhir masyrakat Indonesia sedang ramai memperbincangkan Program TAPERA (Tabungan Perumahan Rakyat) yang katanya akan dipotong dari gaji karyawan baik swasta atau plat merah.

Kendati begitu, Program TAPERA dinilai banyak masyarakat kurang tepat. Hal itu karena selain potonganya menyentuh angka 3% program TAPERA juga diberikan untuk siapa?. 

Alih-alih memiliki rumah, beban karyawan menjadi bertamabah, apalagi bagi karyawan dengan gaji UMR atau dibawahnya.

kenapa?, untuk mencukupi hidup saja sudah pontang-panting apalagi harus dipotong TAPERA!, memang kapan benar-benar bisa menikmati rumah dari TAPERA?.

Ngomong-ngomong soal rumah, kira-kira dalam membangun rumah apakah pilih dengan menabung uang atau barang?.

Membangun rumah di era sekarang memang tidak mudah. Selain harga material yang terus naik, harga tanah juga semakin mahal!.

Maka dari itu saat ini banyak bertaburan bisnis perumahan yang menawarkan cicilan murah dengan jangka waktu panjang.

Bahkan sebagaian dari kita kadang tak sadar bahwa separuh hidupnya digunakan untuk membayar cicilan rumah yang diidam-idamkan.

Ketika saya memiliki rencana membangun rumah, saya lebih memilih menabung barang daripada uang apalagi terfikir untuk mengangsur cicilan rumah.

Selain karena saya tinggal di Desa, menurut saya mencicil rumah dengan jangka panjang membuat saya tidak nyaman dan tertekan.

Oleh karena itu saya lebih memilih merencanakan membangun rumah dengan menabung barang sembari tinggal mengontrak bersama keluarga daripada harus mencicil.

Rencana membangun rumah itu tercetus ketika saya masih bekerja sebagai guru di salah satu sekolah swasta ditempat saya tinggal.

Dari gaji yang saya terima setiap bulanya, saya selalu menyisihkannya untuk ditabung.

Namun setelah beberapa tahun, saya memutuskan untuk menarik semua uang tabungan tersebut dan membelikannya barang (material) pembuatan rumah. 

Bahkan saat itu saya belum memiliki tanah,tetapi berbekal keyakinan akhirnya kami menabung barang saat memiliki rencana membangun rumah.

Awalnya saya menyeleksi toko bangunan yang bisa dipercaya dan telah melakukan praktek tersebut (menabung barang).

Setelah berdiskusi dengan keluarga, saya memutuskan untuk menabung barang di salah satu toko bangunan di desa tempat kami tinggal.

Terlebih toko tersebut masih memiliki hubungan kerabat dan telah lama melakukan praktek menabung barang tersebut dan tidak pernah  terjadi komplain dari orang-orang yang menabung barang di toko tersebut.

Setelah merencanakan bentuk rumah yang akan ditinggali, kemudian saya mulai menabung barang pada toko tersebut. 

Hingga kemudian saya dan istri diterima sebagai ASN, kami baru bisa membeli sekapling tanah dengan harga Rp 15 Juta pada tahun 2019 yang lalu.

Setelah empat tahun saya bekerja sebagai ASN dan tabungan barang material rumah tadi sudah cukup untuk membangun rumah, saya kemudian memberanikan diri untuk membangun rumah. 

Progres Pembangunan Rumah Yang Sedang Dikerjakan Saat Ini. (Sumber: Agustian Deny Ardiansyah/Dokpri)
Progres Pembangunan Rumah Yang Sedang Dikerjakan Saat Ini. (Sumber: Agustian Deny Ardiansyah/Dokpri)

Saat ini memang rumah itu belum selesai sepenuhnya namun semoga akhir tahun ini atau tahun depan sudah bisa ditinggali, insyallah.

Toboali, 16 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun