Salah satu momen paling penting ketika berpuasa adalah ketika menunaikan sahur dan berbuka.
Hal itu karena kedua aktifitas itu yaitu sahur dan berbuka merupakan awal kita mengisi amunisi untuk berpuasa.
Biasanya ketika menjelang puasa masyarakat akan mengeluarkan pengeluaran yang lebih dari biasanya.
Seperti untuk membeli daging, sirup, telur, ikan, kue, buah, susu atau camilan yang akan disiapkan untuk sahur dan berbuka.
Bahkan tak jarang ketika kita sahur atau berbuka berbagai menu tersaji di meja makan kita.Â
Es buah, sirup, bermacam gorengan dan lauk pauk seperti ikan dan daging tersaji hanya untuk menghilangkan dahaga dan lapar kita.
Berbagai menu serba mewah tersebut jika terus kita lakukan akan membuat bengkak pengeluran kita saat menunaikan ibadah puasa ramadan.
Pada akhirnya segala kemewahan menu ketika sahur dan berbuka tersebut akan membuat kita jauh dari tujuan berpuasa yang sedang kita lakukan.
Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus dan kemudian melampiaskanya dengan memakan makanan yang mewah ketika kita sahur dan berbuka.
Lebih dari itu, puasa ingin mengajarkan pada kita untuk menyelami arti kesederhanan dengan merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang mungkin tidak seberuntung kita.
Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW dalam sahur dan berbuka tidak mencontohkan kita untuk bermewah-mewahan.
Sebaliknya Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita untuk mengisi sahur dan berbuka dengan penuh kesederhanaan.
Seperti dalam hadis Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah R.A:
"Sebaik-baiknya sahurnya orang mukmin adalah tamar (kurma kering)", (H.R Abu Dawud)
Atau hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi:
"Apabila kamu ingin berbuka, berbukalah dengan kurma, jika tidak ada, minumlah air putih karena itu suci", Â (H.R At-Tirmidzi)
Kedua hadis terkait menu sahur dan berbuka Nabi Muhammad SAW tersebut secara ekplisit menunjukan kesederhanaan.
Kesederhaan tersebut dapat dimaknai dari menu sahur dan berbuka nabi yang diawali dengan memakan kurma dan bila tidak ada dianjurkan minum air putih.
Nabi Muhammad SAW dalam hadis itu juga tidak menganjurkan secara nyata untuk memakan daging, meminum susu atau mengkonsumsi lauk pauk yang mewah.
Walupun hal itu sah-sah saja kita lakukan ketika melakukan sahur atau berbuka  untuk mengisi amunisi  dalam menjalankan ibadah puasa.
Jikapun boleh lebih baik kita juga mengukur kemampuan kita, sehingga kita tidak memaksakan untuk menyiapkan hal-hal mewah dalam sahur dan berbuka  kita.
Dalam arti lain mari kita jalani puasa yang kita lakukan seperti menjalni hari-hari sebelum kita berpuasa sehingga puasa yang kita lakukan mampu menebalkan ketakwaan kita kepada Allah SWT bukan sebaliknya.
Bangka Selatan, 10 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H