Beberapa hari ini headline media arus utama atau mainstream masih riuh menuliskan berbagai opini terkait debat Cawapres yang telah di helat Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 22 Desember 2023 lalu.Â
Salah satu yang sedang ramai dibahas adalah performa masing-masing Cawapres yang akan bertarung pada pemilu 2024 tersebut, terutama Cawapres pasangan nomor urut dua.
Hal itu karena penampilan Gibran malam itu katanya sungguh memukau, bahkan Prabowo Capres nomor urut 2 memberi nilai 9,9 atas penampilan Gibran dalam debat malam itu.
Namun tak dipungkiri ada juga yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan Gibran membuat debat Cawapres malam itu memiliki rasa seperti ajang cerdas cermat.
Bahkan ada yang menyebut bahwa apa yang dilakukan Gibran malam itu hanya mengulang seperti yang dilakukan ayahhandanya dengan memberikan "pertanyaan jebakan" melalui singkatan.
Atau yang mengatakan perilaku Gibran dalam debat seperti pemandu sorak karena memprovokasi penonton yang hadir untuk bersorak ria tenggelam dalam alunan debat Cawapres malam itu.Â
Terlepas dari itu semua, debat Cawapres malam itu memang sangat menarik untuk disaksikan karena bisa menjadi indikator bagi calon pemilih untuk kembali menimang-nimang pilihannya pada pemilihan presiden Indonesia yang dihelat 14 Februari 2024 nanti.
Menurut apa yang pernah saya baca, debat merupakan suatu kegiatan adu argumentasi untuk mematahkan pendapat kompetitor dan mempertahankan pendapat kita.
Oleh karena itu debat baiknya berisi argumentasi antar orang-orang yang berdebat tentang suatu topik bahasan tertentu dengan tujuan mengkaji, mendiskusikan dan memutuskan perbedaan yang terjadi dengan tetap memepertahankan pendapat kita.
Etika Debat
Berdasarkan pengertian dan pemahaman terkait debat di atas, debat tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau begitu saja, namun memiliki etika yang harus dipegang oleh masing-masing orang saat melakukan debat.