"iyo buk, dongane wae yo bu" jawabku.
"iyo, ibuk dongo terus, saben sholat anak-anak ibuk mesti tak dongake, sukses lan mugo dadi uwong kabeh". Kembali ibuku menimpali.
***
Setelah beberapa hari bermukim dan sudah mengenal seluk beluk desa tersebut saya memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di sekolah-sekolah yang ada di sekitar desa trasmigrasi tersebut.
Sambil menunggu kabar baik dari lamaran yang saya sebar, saya mengisi kebosanan dengan berjulan pulsa dan bensin agar tidak terkesan  tidak ada usaha.
Seminggu, sebulan, dua bulan menunggu jawaban lamaran yang saya sebar tidak ada satupun yang mau memanggil saya untuk sekedar melakukan wawancara.
Lama-kelamaan saya juga merasa bosan hingga suatu saat terbesit untuk kembali dan pulang ke rumah, terlebih sudah hampir 3 bulan lebih saya hanya mengisi kegiatan dengan berjualan.
Pokonya rasanya sudah campur aduk, terlebih tidak ada sanak saudara yang bisa dimintai bantuan untuk berkonsultasi tentang situasi tersebut.
Akhirnya pada suatu sore saya kembali menelfon ibu dan menguatarakan maksud saya ingin pulang, dengan nada sedih saya bilang kepada ibu "buk kok kayak'e aku arep mantuk wae yo, la neng kene gak oleh-oleh gawe".
"Sing sabar le yo, jenenge wiwiti kudu sabar, poko'e ibu dongake terus ora leren ibu sing donga, mugo-mugo ana kabar apik yo le" jawab ibuku memotivasi.
***