Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Jangan Kaget, Buku-Buku Model Ini Berpotensi Puasa ISBN?

10 Desember 2023   00:09 Diperbarui: 18 Desember 2023   18:53 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui pesan whatsapp saya bertaya kepada seorang teman yang memosting sebuah buku hasil menulis keroyokan beberapa waktu yang lalu.

Saya menanyakan kepada teman saya terkait krisis ISBN yang melanda dunia penerbitan di Indonesia.

Pertanyaan tersebut kemudian dijawab sepontan oleh teman saya, "krisis ISBN Indonesia terjadi karena banyaknya penerbitan nomor ISBN yang melewati batas".

Setelah membaca jawaban tersebut, kemudian saya mencoba mencari tau lewat internet terkait kenapa Indonesia terjadi krisis ISBN.

Hasilnya mencengangkan, berdasarkan penelusuran yang saya lakukan, krisis ISBN terjadi karena ketidakwajaran produksi buku di Indonesia.

Ketidakwajaran produksi buku tersebut dapat diamati dari permintaan nomor ISBN yang mengalami lonjakan karena banyaknya publikasi yang sebenarnya tak layak diberi ISBN, namun dimintakan ISBNnya.

Selain itu, ketidakwajaran tersebut juga dapat diamati dari 1 juta nomor ISBN yang diberikan ke Indonesia pada tahun 2018 telah digunakan untuk menerbitkan sebanyak 623.000 judul buku hanya dalam kurun waktu 4 tahun (2018-2022).

Akibatnya Perpusnas selaku agensi ISBN di Indonesia diberikan teguran oleh Badan Internasional ISBN di London dan mengakibatkan mencuatnya istilah "krisis ISBN" di Indonesia.

Krisis ISBN tersebut semakin nyata jika melihat sisa jatah ISBN yang tinggal 377.000 judul buku sedangkan jatah penerbitan per tahun di Indonesia adalah 67.340 judul buku.

Jika kita akan menerima kembali nomor ISBN pada tahun 2028 (kurun waktu 10 tahun dari tahun 2018) maka bisa diperkirakan nomor ISBN tersebut akan habis sebelum masa pemberian nomor kembali oleh Badan Internasioanl ISBN.

Oleh karena itu, buku dengan  jumlah penerbitan terbatas akan memiliki potensi untuk puasa ISBN terutama buku dengan model seperti di bawah ini. 

1. Buku Kroyokan dengan Jumlah Penerbitan Terbatas

Buku kroyokan dengan jumlah penerbitan terbatas bisa saja menjadi buku puasa ISBN, karena biasanya buku tersebut memiliki sifat ekslusif.

Selain itu buku keroyokan bisa menjadi buku puasa ISBN karena  hanya digunakan sebagai aktualisasi dalam menunjukan suatu karya buku.

2. Buku Solo Dengan Jumlah Penerbitan Terbatas

Selain buku kroyokan, buku solo dengan jumlah penerbitan terbatas bisa dimungkinkan juga puasa ISBN, karena buku tersebut biasanya hanya digunakan untuk kepentingan yang terbatas dan dalam proses penerbitanya dilakukan secara vanity publising atau penerbitan buku yang dilakukan dengan biaya sang penulis.

Krisis ISBN yang sedang melanda Indonesia saat ini harus juga dipahami oleh penulis bahwa buku yang akan diterbitkan bisa saja mengalami puasa ISBN dan berganti dengan format lain sebagai kode registrasi buku. 

Maka dari itu dalam menerbitkan buku penulis harus memiliki suatu prinsip bahwa ISBN bukanlah sebuah penentu kualitas suatu buku dan belum tentu buku yang tak berISBN kualitasnya tak sebanding dengan yang berISBN. 

Sebagai penulis jangan kaget ketika akan menerbitkan buku dengan jumlah terbatas akan susah mendapatkan ISBN, karena hari ini Indonesia sedang mengalami krisis ISBN.

Salam Krisis ISBN, Salam Buku Tak Harus ISBN, Salam Literasi

Bangka Selatan, 10 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun