Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Masihkan Guru Mengatrol Nilai Siswa di Kurikulum Merdeka?

7 Desember 2023   21:44 Diperbarui: 11 Desember 2023   13:59 3625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada era saat ini, nilai merahpun bahakan tidak boleh ada di raport siswa karena siswa harus selalu naik kejenjang berikutnya kendati siswa tersebut sebenarnya belum layak untuk naik.

Atas dasar hal itulah seorang guru berupaya untuk menuntaskan nilai siswa minimal pada kategori deskripsi KKTP baik agar siswa tersebut bisa naik ke jenjang kelas berikutnya.

3. Keberlanjutan Pendidikan Siswa Kejenjang Berikutnya

Ketika seorang siswa sudah dinyatakan lulus dari jenjang pendidikan yang dilaluinya maka untuk menuju jenjang berikutnya semisal SMP atau SMA/SMK maka salah satu sistem penjaringan siswanya berdasarkan peringkat nilai raport siswa.

Baik itu zonasi atau prestasi karena setiap sekolah memiliki kuota masing-masing sehingga biasanya dalam penentuan akan didasarkan pada peringkat nilai raport.

Peristiwa-peristiwa itulah yang kemudian membuat guru bisa melakukan "katrol" nilai siswa kendati telah diterapkan kurikulum merdeka.

4. Menjaga Nama Baik Sekolah/Image

Persaingan sekolah hari ini sangat ketat bahkan saat ini sekolah negri saja ada yang tidak memiliki siswa terlebih dalam kaitan menjaga marwah dan nama baik sekolah dalam kaitan "akreditasi atau prestise" sekolah.

Hal-hal itulah yang kemudian membuat sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka masih harus bersusah payah melakukan "katrol" nilai siswa.

Sesungguhnya "mengatrol" nilai siswa adalah sesuatu yang membuat hati guru tercabik-cabik dan nuraninya menangis, bagaimana tidak?, karena semua ilmu yang telah ditularkan tidak sepenyhnya dipahami siswa.

Namun atas situasi-situasi yang terjadi di atas dan tidak adanya evaluasi yang menyeluruh maka apapun kurikulumnya akan sama "aku masih seperti yang dulu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun