Musim ujian telah datang, sekolah-sekolah di Indonesia sedang sibuk menguji kemampuanya siswanya melalui tes sumatif untuk mengukur capaian belajar siswa di semseter satu tahun 2023 ini.
Ketika musim ujian itulah guru panen lembar jawab soal, tergantung jumlah siswa di sekolah dan banyaknya kelas yang diampu.
Jika jumlah siswa satu sekolah tersebut banyak, lumayan juga seorang guru akan melakukan koreksi terhadap lembar jawab siswa yang diterima.
Namun jika muridnya sedikit hal tersebut akan terasa lebih ringan namun tetap membutuhkan waktu ekstra, terlebih jika nilai siswa yang dikoreksi jauh dari ekspektasi.
Otomatis akan membuat guru semakin malas dan lesu untuk merampungkan koreksi soal yang diterimanya, belum setiap lembar jawab siswa berisi 30-35 nomor soal dan essai.
Anda yang bukan guru saja pasti bisa membayangkan bagaimana seorang guru harus bergelut dengan lembar jawab siswa yang berjilid-jilid tersebut.
Kendati begitu lembar jawab siswa tersebut harus tetap dikoreksi, karena nilai tes sumatif merupakan salah satu komponen nilai yang harus ada dirapot siswa nantinya.
Bila melihat tren ujian yang dikenalkan oleh kemdikbudristek, sekolah memang sudah familier dengan cara-cara ujian dengan menggunakan aplikasi.
Seperti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), ujian sekolah berbasis komputer (USBK) atau penerapan ujian sumatif berbasis aplikasi dengan menggunakan google form.
Beberapa alternatif ujian berbasis aplikasi tersebut memang menyenangkan, karena guru tidak perlu memikirkan "koreksi soal" karena nilai akan segera muncul setelah ujian selesai.