Dunia pendidikan Indonesia yang digadang-gadang sedang bertransformasi menjadi "merdeka belajar" menyisakan tanda tanya besar, karena beberapa bulan terakhir berita seputar dunia pendidikan sangat miris dan menyayat hati.
Kekerasan oleh siswa sangat masif terjadi, mulai dari colok mata siswa, siswa SD yang terjatuh dari lantai empat sekolah, bullying kepada teman yang dilakukan sekelompok siswa atau siswa bacok guru hanya soal ditegur tidak sering masuk.
Sepertinya "merdeka belajar" yang digaungkan oleh Mendikbudristek Indonesia Mas Nadiem Anwar Makarim belum bisa menjadi obat mujarab untuk hal-hal menyimpang di dunia pendidikan kita.
Itu belum kasus Pak Zaharman yang di bidik matanya oleh orangtua siswa hingga mengalami kebutaan hanya gara-gara anaknya ditegur saat merokok di lingkungan sekolah.
Tiga hari ini saya sedang mengikuti pelatihan implementasi kurikulum merdeka di salah satu sekolah di kabupaten kami, menurut saya sekolah yang saya tempati tersebut sangat sejuk di tengah puncak musim panas El Nino seperti saat ini.
Siswa-siswi berinteraksi riang dengan kawan-kawannya, ada yang bermain kelereng, berbagi makanan di saung sekolah, bercerita di pondok sekolah atau bermain lari-larian di bawah pohon yang rindang.
Yang membuat saya lebih takjub, ketika siswa-siswi akan masuk ke sekolah pada jam pagi, maka siswa-siswi harus berbaris terlebih dahulu dan kemudian masuk kelas secara bergantian dengan menyalami gurunya.
Bahkan ketika kami duduk-duduk di saung tempat siswa duduk ada siswa-siswi yang menghampiri kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Aduhai, sepertinya suasana di sekolah itu tak pernah habis diceritakan karena keramahan guru, siswa, dan lingkungannya yang menurut saya merasa aman.
Lalu apa beda sekolah itu dengan sekolah-sekolah yang memiliki kisah kelam seperti yang saya ceritakan di awal tulisan ini.
Setelah saya pelajari sekolah tersebut menganut sekolah aman di mana sekolah itu dibentuk dengan membangun interaksi yang kuat antara guru, siswa-siswi dan orangtua.
Selama tiga hari di sekolah tersebut, sekolah yang saya ceritakan itu dibentuk atas dasar-dasar untuk merancang sekolah aman.
1. Menumbuhkan Interaksi Positif Antara Siswa dan Guru
Hal itu terlihat ketika siswa akan masuk ke dalam kelas, siswa-siswi berjajar rapi dan kemudian guru akan menyapa dan mengecek kelengkapan siswa-siswi sebelum masuk ke kelas dan bersalaman dengan guru.
Menurut saya itu adalah interaksi positif antara siswa-siswi dan guru yang mengakibatkan terjalinnya hubungan yang dekat dan saling memperhatikan.
Sehingga jika terjadi suatu hal yang "tidak diinginkan" siswa-siswi tak takut bercerita atau mengadu dengan guru karena adanya interaksi positif yang dibangun di sekolah.
2. Adanya Fasilitas Ruang Interaksi Antar Siswa
Ketika istirahat berlangsung, saya melihat siswa-siswi ada yang duduk di bawah pohon, ada yang bermain kelereng di bawah pohon, berbagi makanan di saung atau bercerita di pondok sekolah.
Aktivitas tersebut kemudian membuat adanya ruang interaksi antar siswa-siswi, sehingga antara siswa-siswi bisa mengenal satu sama lain dengan baik.
3. Menumbuhkan Budaya Positif Siswa Ketika saya duduk dengan rekan saya di saung atau ketika berjalan di lorong kelas, ketika berpapasan dengan siswa-siswi, secara spontan mereka mengulurkan tangannya untuk menyalami kami.
Ada juga siswa-siswi yang bercengkerama riang dengan membagikan makanan yang mereka miliki kepada rekan-rekannya di saung sekolah.Â
Hal itu menunjukkan bahwa di sekolah tersebut telah berhasil menumbuhkan budaya posistif siswa di mana siswa secara aktif mampu menghargai orang-orang di sekitarnya dengan penuh kesopanan dan rasa hormat.
4. Menciptakan Rasa Aman di Sekolah
Saya amati satpam di sekolah tersebut tidak hanya berada di ruangannya saja, kadang kala berkeliling sekolah ketika jam siswa masuk atau saat jam istirahat utamanya di kantin sekolah dan di ruang toilet.
Atau ketika saat pulang, satpam sudah berdiri gagah di dekat pintu keluar sekolah untuk mengantarkan anak menemukan orangtuanya atau menemani anak untuk menunggu orangtuanya.
Guru-guru juga saya perhatikan ada kelas yang kosong atau meninggalkan kelas, sehingga tercipta saling menjaga yang kemudian menciptakan suasana aman bagi semua warga sekolah.
5. Tempelan atau Imbauan Positif di Lorong-Lorong Kelas
Saya melihat beberapa tulisan yang terpampang jelas seperti di halaman sekolah, adanya tulisan besar tentang "Sekolah Ramah Anak", di dekat UKS ada tulisan "Stop Bullying" atau "Dilarang Merokok".
Sedang dilorong-lorong banyak tempelan kalimat-kalimat motivasi yang bisa mendukung budaya positif siswa-siswi di sekolah.
Tempelan atau imbauan tersebut secara tidak langsung memberikan ajakan kepada siswa-siswi untuk bisa bersikap positif dan baik selama di lingkungan sekolah atau ketika belajar.
6. Menciptakan Lingkungan yang Asri dan Bersih untuk Siswa Bermain
Di lapangan atau tempat berkumpul atau di dekat tempat siswa-siswi melakukan aktivitas ketika istirahat banyak terdapat tempat sampah.
Uniknya setiap selesai istirahat tempat sampah tersebut selalu penuh dari sampah makan siswa ketika istirahat yang artinya siswa telah memahami di mana sampah harus dibuang.
Selain itu saya juga melihat banyak pohon-pohon yang membuat rindang suasana sekolah tersebut, pastinya pohon-pohon itu selalu dirawat sehingga tahu mana yang kira-kira membahayakan atau tidak.
Lingkungan yang asri dan bersih selain berdampak pada tumbuhnya rasa memiliki dan juga riang gembira hal itu juga bisa menjadi indikator keamanan dan kenyamanan siswa-siswi di sekolah tersebut.
7. Membuat Pembelajaran yang Kreatif
Peran guru dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif sangat penting dalam menciptakan rasa aman bagi siswa-siswinya.
Dengan pembelajaran kreatif, interaksi siswa akan lebih besar baik dalam kegiatan berkelompok, permainan pembelajaran atau ice breaking sehingga bisa menciptakan ikatan bagi siswa-siswinya dan pada akhirnya membuat hadirnya rasa aman dan nyaman.
Sekolah aman adalah idaman, sehingga kasus-kasus yang saya ceritakan di awal akan segera diketahui dan diantisipasi karena adanya kesadaran semua warga sekolah untuk membentuk ekosistem yang aman dan nyaman di lingkungan sekolah.
Salam Sekolah Aman, Salam Merancang Sekolah Aman.
Bangka Selatan, 27 Spetember 2023.