Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menyuarakan Kesadaran Kolektif untuk Tidak Memercik Api di Musim Kemarau

11 September 2023   23:20 Diperbarui: 12 September 2023   06:02 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika gejala lingkungan mengarah pada musim kemarau, seharusnya kesadaran kolektif kita memahami bahwa sangat riskan memercik api walaupun dari sebuah flare atau suar disebuah area luas dengan kondisi gersang.

Bahkan percikan api dari sebuah flare atau suar tersebut sampai saat ini masih terus menjalar dari satu bukit ke bukit lainnya di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Terakhir kebakaran yang terjadi di Savana kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru telah meluas ke Bukit Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang dan kawasan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan.

Dimana titik awal api berasal dari blok Savana Lembah Watangan (Bukit Teletubbies) di Savana Tengger pada tanggal 6 September 2023, yang berarti dari awal kejadian hingga saat ini sudah memasuki hari ke 6 dan api belum bisa dijinakan oleh tim.

Coba bayangkan ketika kita kehilang kesadaran kolektif untuk tidak memercik api di musim kemarau, berapa puluh hektar area yang rusak?, berapa tanaman berharga dan langka yang mungkin hilang? Atau fauna yang mati akibat kebakaran tersebut?.

Lebih dari itu arus ekonomi dan pendapatan UMKM yang menggantungkan hidup melalui Bromo Tengger yang harus terhenti akibat hilangnya kesadaran kolektif untuk tidak memercik api tersebut?.

Tidak bisa dibayangkan dengan hanya ancaman hukum lima tahun dan denda sebesar 1,5 milyar rupiah, bisa jadi dampak lingkungan dan ekonomi akibat dari hilangnya kesadaran kolektif itu lebih dari itu atau bahkan tak bisa dipulihakan.

Oleh karena itu penting menyuarakan kesadaran kolektif untuk tidak memercik api di musim kemarau seperti yang terjadi hari ini agar sesorang memiliki kepekaan terhadap ruang lingkungan yang ditinggalinya.

Lalu apa pentingnya menyuarakan kesadaran kolektif untuk tidak memercik api di musim kemarau?

1. Mencegah Terjadinya Kebakaran Savana, Lahan dan Hutan

Dengan orang memiliki kesadaran kolektif untuk tidak memercik api di musim kemarau setidaknya bisa menghindarkan bencana kebakaran baik di savana, lahan dan hutan karena tidak adanya aktifitas pembakaran yang masif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun