Setiap tanggal 10 Agustus bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HARTEKNAS).
Hal itu diawali dengan penerbangan pesawat N-250 Gatotkaca pada 10 Agustus 1995 yang dirancang dan dibuat oleh anak bangsa dengan ketua program Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J Habibie).
Penerbangan N-250 Gatotkaca tersebut kemudian menjadi momen penting dalam sejarah perkembangan kedirgantaraan dan teknologi di Indonesia yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Penerbangan pesawat N-250 Gatotkaca juga merupakan hadiah bagi 50 tahun Indonesia merdeka karena dirancang, dihitung dan diproduksi oleh anak bangsa melalui IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) kala itu atau sekarang PT. Dirgantara.
Namun jauh sebelum 10 agustus 1995 ditetapkan sebagai momentum Hari Kebangkitan Teknologi Nasional dengan ikon pesawat N-250 Gatotkaca serta Habibie sebagai penggeraknya.
Ada sosok lain yang mengawali dunia teknologi Indonesia, dialah Nurtanio Pringgoadisuryo.
Nurtanio Pringgoadisuryo adalah anak ke dua dari pasangan Nugroho Pringgoadisuryo dan Moerniati yang lahir pada tanggal 3 Desember 1923 di Kandangan, Kalimantan Selatan.
Karir Nurtanio dalam dunia teknologi di Indonesia di mulai saat mendirikan Junior Aero Club (JAB) di Surabaya, namun akibat perang kemerdekaan kemudian terhenti.
Setelah kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1950 Nurtanio kembali mendirikan Junior Aero Club (JAB) di Yogyakarta.Â
Namun pada perkembangnnya, Junior Aero Club (JAB) yang bergerak dalam pelatihan dan pengembangan pesawat tersebut kemudian berubah nama menjadi Avian Nusantara yang didirikan Nurtanio bersama sahabatnya di Bandung.
Namun jauh sebelum tahun 1950, Nurtanio pernah membuat pesawat layang Zogling NWG-1 yang menjadi pesawat nasional pertama karena perancangan dan bahannya berasal dari dalam negri.
Atas keberhasilan tersebut pada tahun 1948 Nurtanio menjadi delegasi Indonesia yang dikirim ke Filipina untuk melanjutkan pendidikan di FEATI (Far Eastern Aero Technical).
Dari pendidikan tersebur Nurtanio berhasil membuat peswat terbang bermotor pertama di Indonesia yang diberi nama Wiweko Experimental Lightplane (WEL).
Tidak sebatas itu, produktifitas Nurtanio terus berlanjut dimana pada tahun 1955, Nurtanio bersama tim dapat membuat pesawat anti grilya pertama di Indonesia dengan sigle engine dengan nama Si Kumbang.
Setelah itu Nurtanio membuat pesawat Belalang dan Kunang yang digunakan sebagai pesawat latih calon penerbang AURI dan kegiatan olahraga.
Selain pesawat, produktifitas Nurtanio juga merambah pada protetipe Helikopter yang diberi nama Kolentang serta pesawat pertanian bernama Gelatik.
Namun kebangkitan teknologi Indonesia pertama tersebut harus berhenti, hal itu dikarenakan Nurtanio Pringgoadisuryo pada 21 Maret 1966 mengalami kecelakaan pesawat di Klara Condong, Bandung.Â
Atas jasa-jasanya, Nurtanio Pringgoadisuryo kemudian dianugrahi  sembilan bintang jasa karena pengabdiannya kepada bangsa dan negara bahkan namanya juga disematkan sebagai salah satu nama universitas di Bandung, yaitu Universitas Nurtanio.
Selain itu, nama Nurtanio Pringgoadisuryo juga pernah disematkan menjadi nama industri kedirgantaraan Indonesia, yaitu Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) atau hari ini PT. Dirgantara Indonesia.
Hari ini kedua tokoh tersebut telah berpulang dan meninggalkan api semangat kebangkitan teknologi bagi generasi hari ini.
Oleh karena itu, kita sebagai negara dan bangsa patut meneruskan perjuangan kedua tokoh tersebut dalam membangkitkan industri teknologi di dalam negeri (Indonesia).
Dengan terus berinovasi dan mengembangkan industri teknologi dengan dukungan pemerintah dan generasi melenialnya.
Amin, terimakasih Nurtanio Pringgoadisuryo dan Bacharuddin Jusuf Habibie.
Salam Teknologi Indonesia Bangkit, Salam 28 Tahun Kebangkitan Teknologi Indonesia.
Bangka Selatan, 15 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H