Namun jauh sebelum tahun 1950, Nurtanio pernah membuat pesawat layang Zogling NWG-1 yang menjadi pesawat nasional pertama karena perancangan dan bahannya berasal dari dalam negri.
Atas keberhasilan tersebut pada tahun 1948 Nurtanio menjadi delegasi Indonesia yang dikirim ke Filipina untuk melanjutkan pendidikan di FEATI (Far Eastern Aero Technical).
Dari pendidikan tersebur Nurtanio berhasil membuat peswat terbang bermotor pertama di Indonesia yang diberi nama Wiweko Experimental Lightplane (WEL).
Tidak sebatas itu, produktifitas Nurtanio terus berlanjut dimana pada tahun 1955, Nurtanio bersama tim dapat membuat pesawat anti grilya pertama di Indonesia dengan sigle engine dengan nama Si Kumbang.
Setelah itu Nurtanio membuat pesawat Belalang dan Kunang yang digunakan sebagai pesawat latih calon penerbang AURI dan kegiatan olahraga.
Selain pesawat, produktifitas Nurtanio juga merambah pada protetipe Helikopter yang diberi nama Kolentang serta pesawat pertanian bernama Gelatik.
Namun kebangkitan teknologi Indonesia pertama tersebut harus berhenti, hal itu dikarenakan Nurtanio Pringgoadisuryo pada 21 Maret 1966 mengalami kecelakaan pesawat di Klara Condong, Bandung.Â
Atas jasa-jasanya, Nurtanio Pringgoadisuryo kemudian dianugrahi  sembilan bintang jasa karena pengabdiannya kepada bangsa dan negara bahkan namanya juga disematkan sebagai salah satu nama universitas di Bandung, yaitu Universitas Nurtanio.
Selain itu, nama Nurtanio Pringgoadisuryo juga pernah disematkan menjadi nama industri kedirgantaraan Indonesia, yaitu Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) atau hari ini PT. Dirgantara Indonesia.
Hari ini kedua tokoh tersebut telah berpulang dan meninggalkan api semangat kebangkitan teknologi bagi generasi hari ini.