Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ki Hajar Dewantara, Role Model Dalam Pendidikan Guru Penggerak, Mengapa?

3 Juli 2023   06:39 Diperbarui: 3 Juli 2023   06:51 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Indonesia (Sumber: hibar.pgrikabupatenbandung.id)

Siapa Ki Hajar Dewantara?, setiap orang Indonesia pasti mengetahuinya. 

Dari yang paling muda hingga paling tua, dari Sabang sampai Merauke, dari mianggas sampai pulau rote, pasti mengetahuinya. Tidak mungkin tidak.

Beliau adalah Bapak Pendidikan Indonesia yang hari kelahirannya selalu diperingati sebagai hari pendidikan nasional Indonesia, tepatnya tanggal 2 Mei pada setiap tahunnya.

KHD, kebayakan praktisi dan pelaku pendidikan saat ini menyebutnya atau populer dengan nama Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soeryaningrat adalah sosok yang sama yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta.

Ki Hajar Dewantara adalah sosok guru bangsa, cendikiawan, penulis, wartawan, tokoh pergerakan, pahlawan nasional dan seorang budayawan.

Penulis, beliau adalah sosok yang pernah membuat Belanda marah dengan kutipan tulisan beliau yang terbit pada surat kabar De Express milik Douwes Dekker.

Kutipan tersebut berjudul Als Ik Eens Nenderlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda), yang akhirnya membuat Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Pulau Bangka.

Wajar saja, tulisan itu digunakan untuk mengeritik acara yang seyogyanya akan dilakukan Belanda dalam rangka merayakan 100 tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Prancis, di tanah yang masih dalam genggaman penjajahan, yaitu Hindia-Belanda (Indonesia) saat ini.

Sedangkan jejak seorang budayawan dari Ki Hajar Dewantara dapat ditelusuri melalui salah satu lukisan beliau, yang masih terbingkai apik di rumah maestro seni lukis fenomenal Yogyakarta asal Cilacap, Nasirun.

Terkhusus dalam pembangunan dan pengembangan pendidikan di Indonesia, rekam jejak Ki Hajar Dewantara terpatri sebagai inisiator dan pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 setelah beliau diasingkan dari Belanda.

Perguruan Nasional Taman Siswa adalah model perguruan (sekolah) yang memberikan hak yang sama kepada pribumi untuk mengeyam pendidikan seperti golongan priyayi dan orang-orang Belanda pada waktu itu.

Jejak rekam peristiwa tersebut kemudian menghantarkan beliau menjadi Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yang pemikiran dan filosofinya tentang pendidikan terus digali dan direfleksi untuk dijadikan model dalam aplikasi pendidikan Indonesia saat ini.

Salah satu pemikiran dan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terus bergema hingga era sekarang adalah semboyan yang difragmentasi dari istilah Bahasa Jawa.

Ing ngarso Sung Tulodo (di depan memberikan contoh), Ing Madya Mangun Karso (di tengah memberikan gagasan/ide) dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan motivasi/semangat).

Bila direfleksikan pada proses pembelajaran dan pengajaran saat ini, semboyan tersebut dapat diartikan.

Guru memiliki peran sebagai fasilitator dalam rangka menebalkan potensi murid dengan titik simpul pada pengembangan budi pekerti murid yang berkaitan dengan olah rasa, olah karya, olah karsa, dan olah raga (kognitif, afeksi dan psikomotorik).

Lebih jauh Ki Hajar Dewantara dalam kutipannya terkait pemikiran dan filosofi pendidikan Indonesia mengungkapkan.

"pendidikan dalam arti sebenarnya memiliki tujuan untuk menuntun segala kodrat murid agar mendapatkan kebahagian dan keselamatan setinggi-tingginya".

Kodrat murid pada kutipan tersebut dapat diartikan sebagai kodrat alam dan kodrat zaman.

Dimana kodrat alam melekat pada diri murid terkait dengan lingkungan belajarnya dan kodrat zaman berkitan dengan waktu yang murid lalui saat ini, baik yang berkaitan dengan politik, sosial, budaya, pendidikan dan perkembangan zaman.

Hal itu mengisaratkan guru sebagai fasilitator harus mampu merancang pembelajaran sesuai dengan konteks lingkungan murid tinggal (Kontekstual Learning) serta sesuai dengan karakteristik perkembangan zaman di era saat ini atau kecakapan abad 21, sehingga murid mampu memunculkan potensi dan sifat baik dalam dirinya.

Filosofi pendidikan sesuai dengan kodrat itulah yang kemudian menginisiasi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pembelajaran dan pengajaran yang memanusiakan manusia, dengan konsep "pendidikan yang menghamba pada murid".

Pendidikan yang menghamba pada murid (memanusiakan manusia) adalah pendidikan yang dilakukan dengan mengakomodir kebutuhan murid dengan menciptakan lingkungan belajar positif berdasarkan suara, pilihan, dan kepemilikan murid.

Hal itu dilakukan dengan menjadikan murid sebagai aktor dan pemeran utama dalam proses belajarnya.

Sehingga menimbulkan pembelajaran yang menggembirakan dan menyenangkan atau  dalam istilah Ki Hajar Dewatara disebut sebagai kemerdekaan belajar atau merdeka belajar pada saat ini.

Refleksi terhadap konsep kemerdekaan belajar (merdeka belajar) ala Ki Hajar Dewantara itulah, yang kemudian diharapkan mampu menghantarkan murid pada kebahagian yang setinggi-tingginya.

Karena murid mampu mengenali potensi dirinya secara utuh dalam proses belajar yang dilakukannya.

Refleksi filosofi pendidikan ala Ki Hajar Dewantara (KHD) serta kiprah beliau dalam perjuangan kemerdekaan dan pendidikan itulah yang membuat beliau menjadi role model dalam Pendidikan Guru Penggerak yang dicetuskan oleh Mas Mentri Nadim Makarim. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun