Saya sadar betul bahwa guru seperti Saya tidak memiliki banyak suara yang bisa diungkapkan.
Maka Saya lebih berfokus pada apa yang ingin Saya lakukan terhadap hal-hal yang bisa Saya lakukan untuk murid Saya.
Namun paradigma tersebut sudahlah usang.
Terlebih setelah Saya beranjak pada modul selanjutnya tentang Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah.
Saya sebagai guru tidak bisa bergerak sendiri, apalagi menjadi hero. Tidak.
Namun harus mampu mengandeng rekan sejawat dan murid untuk mencapai kebaikan bagi sekolah.Â
Hal itu tercermin dari bagaimana kita mengambil keputusan berdasar nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.
Awalnya Saya berfikir bahwa mengambil keputusan ini ya mengambil keputusan saja, biasanya Saya dasarkan pada keinginan atau kecendrungan Saya akan sesuatu.
Baik itu di dalam pekerjaan maupun pengambilan keputusan terkait masalah yang terjadi dalam pembelajaran.
Saya sering mengacu pada yang Saya inginkan dan hal itu  harus menjadi sebuah keputusan, tanpa melihat dampak yang terjadi kebelakangnya.