Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Warung Budhe, Literasi Tak Pernah Mati, Kok Bisa?

14 Juni 2023   09:25 Diperbarui: 27 September 2023   22:07 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan Dinas Perpustakaan dan Arsip (Sumber:Dokpri)

Saya sedang tidak ada di Jogja atau di Jakarta, saya sedang berada di warung sederhana di tengah desa trasmigrasi.

Suasananya sangat asri, kanan-kirinya masih alami, ada embung, ada sawah, ada warga yang bercakap-cakap tentang hasil panen dan kebutuhan hidup sambil tertawa kegirangan tanpa beban, haha.

Warung ini sangat estetik, ditengah angka-angka literasi negara kita yang angin-anginan, sepertinya tidak mempengaruhi warung ini untuk berimprovisasi.

Sudah tau kan, hanya 1 dari 1000 orang indonesia yang punya minat baca, hanya satu! berarti 0,001, namun warung ini tetap nekat menantang survey-survey.

Ketika pertama kali saya masuk, bukan menu makanan yang saya lihat, yang saya lihat adalah rak buku yang di dalamnya tertata rapi buku-buku.

Bukan satu atau dua buku, namun ratusan, dari buku bergenre komik, novel, puisi, cerpen, humaniora, perjalanan, pertanian, filsafat dan buku yang buat otak panas ada di warung itu, dari buku yang tebalnya puluhan hingga ratusan ada, weh-weh.

Saya pikir, siapa yang mau membaca buku-buku itu, yang datang saja orang sarungan, orang sawahan, orang kebunan, orang pasaran, dan orang sayuran.

Kok bisa nekat pajang buku sebanyak itu?, untuk apa?.

Dalam hati berguman, apa mungkin pemilik warung itu adalah 1 dari 1000 orang yang ditulis survay itu, ah biarlah saya datang untuk makan, bukan yang lain.

Naungan itu baru kembali ke titik normal kala penjaga warung menawarkan menu makanan ke hadapanku, ada bakso, ada soto, ada mi ayam ada es teh, es jeruk dan teh tawar.

Saya pilih bakso dan es teh tawar, rasanya sudah sangat lapar dan segera ingin makan.

Menu di Warung Budhe (Sumber: Dokpri)
Menu di Warung Budhe (Sumber: Dokpri)

Setelah makan, hampir satu jam saya tidak beranjak dari warung itu, sambil membaca buku puisi karya Jemi Batin Tikal, yang rasanya jenaka juga menyedihkan.
 
Orang datang dan pergi tanpa satupun memegang buku yang jumlahnya ratusan itu,  ketika sudah agak sepi saya berbincang dengan pemilik warung itu.

Pemilik warung itu adalah seorang anak muda lulusan Universitas Negri Yogyakarta dan sekarang berprofesi menjadi seorang guru.

Warung itu buka mulai jam 08:30 - 20:30 Wib dan sudah berdiri hampir 14 tahun, awalnya warung itu didirikan oleh ibu Carsinah atau orang desa memanggil beliau dengan budhe, kemudian diteruskan oleh pemuda tadi yang sekaligus anaknya.

Kata sang pemilik, sebelum warung itu menetap, hampir kuran lebih 10 tahun warung itu terus nonmaden (berpindah-pindah) dan akhirmya menetap di Jl. Trans Rias SP.A, Toboali, Bangka Selatan ini.

Percakapan itu kadang terhenti dan kembali lagi, karena sang pemuda kadang harus melayani permintaan pembeli yang datang, bahkan setiap hari warung itu selalu laris dan habis, lalu kenapa memajang buku, alasan sang pemuda itu sangat epik.

"Memang tidak semua orang yang datang ke warung ini akan membaca buku, namun dengan melihat buku setidaknya mereka telah melihat jendela dan dengan itu saya berharap mereka akan membukanya suatu hari nanti".

Selain itu, kerap pemuda itu mengajak siswanya makan sekaligus memilih buku untuk di baca, bahkan dinas perpustakaan Bangka Selatan juga pernah bekujung ke warungnya.

Kunjungan Dinas Perpustakaan dan Arsip (Sumber:Dokpri)
Kunjungan Dinas Perpustakaan dan Arsip (Sumber:Dokpri)

Siswa-Siswi Pak Tri (Sumber:Dokpri)
Siswa-Siswi Pak Tri (Sumber:Dokpri)

Ternyata di negara yang selalu dihujat literasinya ini, di warung budhe, literasi tak pernah mati.

Terimakasih mas Tri Prasetio, kepedulianmu sangat epic dan bermanfaat.

Sembari pulang ku pinjam buku puisi karya Jemi Batin Tikal untuk kuterbitkan setiap minggu di pekan sastra di salah satu media di daerah ini, minggu yang mengasikan, bay, bay.

Jangan lupa mampir di warung budhe, selain dapat asupan perut juga dapat asupan otak terlebih  libur semester  seperti ini, cocok buat tempat makan saat lapar. hehe

Itu ceritaku tentang literasi di daerah kami, adakah cerita serupa di daerah kawan-kawan, silahkan ketik di kolom kementar ya, terimakasih, salam warung berjasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun