Mohon tunggu...
A Prayitno
A Prayitno Mohon Tunggu... Lainnya - Pebisnis Muslim | Aktivis Ekonomi Islam

Seorang pribadi yang mencoba belajar menuliskan coretan kecilnya untuk kemajuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Tahun Baru Islam 1445 H

19 Juli 2023   00:50 Diperbarui: 19 Juli 2023   00:52 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelum ditetapkannya bulan Muharram umat muslim masih mengadopsi peradaban Pra-Islam tanpa angka tahun hanya sebatas bulan dan tanggal. Saat itu ketika seorang Gubernur Abu Musa Al-Asyari menulis surat yang diberikan Khalifah Umar bin Khatab R.A. kepada pemimpin tersebut, Ia mengaku bingung perihal surat yang tidak mempunyai tahun yang mengakibatkan kesulitan dalam penyimpanan dokumen atau pengarsipan. Kondisi tesebutlah yang mendasari pembuatan kalender islam.

Pada zaman sebelum Nabi Muhammad Saw, masyarakat Arab menggunakan hari dan bulan yang membuat kebingungan dalam menendai suatu peristiwa. Sebagai contoh lahirnya Nabi Muhammad Saw yaitu pada tahun Gajah. Hal tersebut juga menjadikan bukti bahwa masyarakat Arab tidak menggunakan angka dalam menentukan tahun. Berangkat dari masalah tersebut para sahabat berkumpul untuk menentukan kalender islam. Diantaranya yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Thalnan bin Ubaidillah.

Beragam dalam megusulkan penentuan kalender islam ada yang berdasarkan dari hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, ada yanag mengusulkan sejak Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul. Namun, usul yang dapat diterima adalah usulan dari Ali bin Abi Thalib yaitu dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekah ke Madinah. Dari usul tersebutlah sejarah kalender islam pertama kali dibuat dan sejarah tahun baru islam muncul.

System penanggalan bulan dalam islam juga sudah tercantum dalam Al Quran Surat At Taubat ayat 36-37 :


إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."

Dari ayat tersebut Allah Swt mengabarkan ada 4 bulan agung (bulan-bulan haram) yang wajib dimuliakan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Pada bulan tersebut Allah Swt melarang umat islam menganiaya dirinya sendiri atau umat islam memperbanyak amal saleh. Barangsiapa yang beramal shaleh dibulan tersebut maka Allah akan lipat gandakanpahalanya. Pun sebaliknya barangsiapa yang melakukan maksiat pada bulan tersebut maka akan dilipatgandakan juga dosanya.

            Salahsatu bulan yang paling utama dalam kalander islam yaitu Muharram. Kata muharram sendiri memiliki arti pelarangan untuk melakukan peperangan atau pertumpahan darah dan dianggap sharam. Secara etimologis muharram berarti bulan yang dimuliakan dan yang diutamakan. sesuai dengan realitasnya di bulan Muharram ini terjadi berbagai peristiwa sejarah seperti Allah menciptakan Nabi Adam AS, selamatnya Nabi Nuh AS dari banjir, Nabi Ibrahim AS selamat dari api sampai cucu Nabi Muhammad Saw Husain di bunuh di Karbala.

Muharram adalah bulan yang special dikarenakan pembuka dalam kalender hijriah. Momentum tahun baru hijriah kali ini harus mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan sifat optimisme yang sangat tinggi, yaitu semangat untuk berhijrah dari hal yang buruk kepada yang baik dan dari yang baik kepada yang lebih baik lagi. Rasulullah Saw dan sahabat telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah. Seperti yang pernah dicontohkan Rasulullah Saw saat beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Bahkan beliau juga membangun hubungan baik dengan beberapa kelompok yahudi yang hidup di Madinah pada waktu itu.

Fenomena tahun baru islam ini hanya dijadikan sebatas ceremony belaka tanpa menghadirkan nilai-nilai esensi yang ditanamkan. Pawai obor, update status di media sosial dan nongkrong dengan bermain game Bersama teman menjadi fenomena saat ini terjadi saat perayaan tahun baru islam. Kita terlalu sibuk dengan masa sekarang dan masa depan yang menghiraukan pentingnya berkomunikasi dengan masa lalu seperti membaca berdiskusi tentang peristiwa masa lampau khususnya keuatamaan bulan muharram menjadi moment yang sangat membosankan (sepertinya).

Makna dalam bulan pembuka ini juga bisa dijadikan evaluasi setahun kebelakang dan proyeksi untuk 1 tahun kedepan. Maka penting sekali penegasan Kembali menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan berdasarkan Al Quran dan Hadist. Sebagai pengingat Kembali perjuangan hijrah Rasulullah akan ideologi kebenaran yang dianut tanpa memperdulikan orang yang tidak suka dengannya. Maka sudah saatnya umat islam khususnya pemuda islam memaknai tahun baru islam ini dengan berbenah diri (muhasabah) bekal untuk nanti menghadapi kehidupan yang sebenarnya setelah kematian, berkakhlak mulia dan semangat keislaman untuk merancang kehidupan ke arah yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun