Di batas pagi yang masih malu-malu,
Matahari mengintip di balik semburat kabut biru.
Angin sejuk perlahan mengusap wajah,
Namun rinduku, lebih tajam dari segala bentuk resah.
Burung-burung bernyanyi, mengisi sependar sunyi,
Namun tak satu nadapun yang mampu menandingi,
Rindu yang bergetar diantara dalam hati,
Menunggu kau hadir menghiasi di setiap tepi.
Setiap sinar yang jatuh perlahan ke bumi,
Adalah pesan cinta yang seakan tak bertepi.
Sebab di setiap fajar yang terus menyala,
Namamu terukir di helaan napas udara.
Pagi memang indah, tenang dan kian merangkul,
Namun tanpa hadirmu, ia terasa hampa dan murung.
Rindu ini mengalir lembut, seakan tak terbendung,
Menantimu, seperti embun menanti mentari yang tersipu di ujung daun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H