Haruskah kita menyerah pada takdir
Hanya karena rasa yang ada di hati ini terlalu amatir
Ataukah karena semua ini hampir berakhir
Hingga rasa yang pernah tercipta untukmu kini terasa terblokir
Takdirlah yang menarikku semakin menjauh
Di dermaga hatimu rasaku pernah berlabuh
Menghadirkan gejolak rindu yang semakin bergemuruh
Meski telaga hatiku semakin keruh
Cintamu pernah hadir dan membombardir
Menghapus kompas langkahku yang bagai musafir
Membawa serta hatiku yang hanya sebutir
Hingga rasa yang ada semakin nyata terukir di dasar kalbu laksana souvenir
Kini lidah ku pun semakin kelu meski hanya sekedar mengaduh
Di teriknya sinar surya kuhanya mampu berteduh
Meninggalkan bayangmu yang seperti fatamorgana dan tak mampu untuk ku rengkuh
Mengiklhaskan langkahmu meski hatiku semakin trenyuh
Terima kasih untuk waktu yang pernah tersuguh
Kucoba menata rasa yang ada di sanubari yang sungguh teramat rapuh
Menghapus indah netramu yang telah gagal ku unduh
Dan membawa pergi hatiku yang sudah tak lagi utuh
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI