Rintik gerimis yang masih menghiasi bumi
Perlahan namun pasti mulai menghapus gambaran tentangmu
Wanginya tanah yang basah tersiramiÂ
Menghadirkan semburat rindu yang perlahan seakan mulai memudar ditelan sang waktu
Â
Aku masih disini terpaku
Terdiam sepi diantara memori kisah yang pernah hadir dalam bias rasaku
Memandang sendu wajahmu diantara tetesan air dari balik jendela yang membisu
Semburat pilu bayangan wajahmupun perlahan mulai menari dan memenuhi anganku
Â
Maafkan diriku
Satu kata yang hanya mampu terucap lirih dari bibirku
Ketika bayangmu perlahan memudar seiring berlalunya sang bayu
Mengiringi wangi aromamu yang pernah terukir disudut hati yang terkatup dan membisu
Â
Sihir rindumu perlahan mulai berlalu
Meninggalkan jejak asa di Lorong hati yang terluka dan membiru
Menghadirkan lukisan sendu yang terpatri sempurna di ruang hati yang beku
Meyakinkanku bahwa hadirmu selalu semu.
Hingga akupun harus iklhas melepas rindu dan kepergianmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H