Mohon tunggu...
Halim
Halim Mohon Tunggu... Penulis - Hidup dan Merayakan Kehidupan

Selamatkan Imajinasi, Lintasi Ruang Tutur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertajuk Gendu Gendu Roso, Buku "Tembaru" Resmi di Rilis

14 Agustus 2020   17:00 Diperbarui: 14 Agustus 2020   17:20 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungaran - Dalam kerangka untuk merawat dan menjaga apa arti kampung dan kedamaian tanpa merusak dan mengeksploitasi alam, manusia dan kehidupan melalui desa wisata. Bertajuk Gendu Gendu Roso - Merayakan Buku buku yang berjudul Tembaru (Gagasan Startegis Desa Wisata dan Jejak Langkah terbitan Tonggakmedia Juni 2020 resmi dirilis Malam ini, dalam buku Tembaru Penulis Nukhan Dzu Khalimun berusaha merumuskan sebuah konseptual tentang desa wisata dalan konstruksi rasa syukur dan merayakan kehidupan dalam waktu bersamaan sebagai upaya memanifesatasikan sebuah pikiran untuk kesejahteraan masyarakat kampung halamannya.

Buku Tembaru sendiri berisi seputar perkenalan tentang sebuah kampung dengan segala keindahan panorama alam dan kehidupan masyarakat desa yang berada di bawah kaki gunung ungaran itu lengkap dengan segala sisinya kenyataan hidup dan segala cerita maupun manuskrip sosial yang ada dan hidup lestari di dalamnya terkait sejarah, cerita, kehidupan sosial, adat, kearifan lokal, kebudayaan dan kesenian desa. Peluncuran Buku Tembaru, Jln. Mayor Soeyoto No.26, 3KM Bandungan. Desa Munding Kec.Bergas. 

Dalam malam peluncuruan Buku Tembaru ini Nukhan Dzu Khalimun memaparakan pihaknya mengambil konsep kearifal lokal dan desa berbudaya dengan keterangan dimana terkait layout dan stage dekorasi mengusung konsep budaya jawa dengan segala pernak perniknya mulai dari sajian ala ala masyarakat desa, pengunaan material Batik, Besek Bambu dan properti lainnya sampai konsep stage panggung dan audiense bertema lesehan yang merupakan budaya gendu gendu roso masyarakat desa juga

Sumber: dok. pribadi
Sumber: dok. pribadi
"Terkait konsep acara saya rasa kita hanya mengadopsi apa yang sudah melekat dalam personalitas budaya dan kebiasaan masyakat jawa. Yaitu gendu gendu roso dimana kita artikan duduk bersama diteras rumah sambil bercengkrama dengan saudara atau tetangga jadi, hanya sekedar duduk lesehan sambil merayakan buku begutu saya kira dan terkait konsep acara terkuat tema kita hanya memberi sentuhan kearifaan lokal dengan manghadirkan properti khas masyarakat jawa sengaja agar kita kembali menyatu falam kehangatan sebuah keluarga dan mendamai dengan kebudayaan kita" papar Nukhan

Hadir dalam acara ini Romdoniyatun (Kepala Desa Munding) Mijan (Ketua Pokdarwis) Sugito (Ketua BPD)  juga beberapa perwakilan kelembagaan desa sebagai panelis dalam Ngobrol Buku Tembaru juga seluruh pemuda desa munding. Untuk session hiburan Gendu Gendu Roso - Merayakan Buku Tembaru ini menampilkan para pelaku insan musik di kabupaten semarang diantaranya Pito Doannesta, Harnata Fendy, Bintara Was, Erwan Abiesma dan Riky

Nukhan juga menambahkan "kemudian terkait acara ini pun hanya tak lebih dukungan kawan kawan pelaku kesenian dalam kontek ini kawan kawan musisi di kabupaten semarang yang bersedia mendukung acara dan berinergi untuk peluncuran buku tembaru, jadi secara lingkaran energi mereka siap memberi apresiasi dengan menyumbangkan suara dan karya terbaik pada malam ini. Kebetulan ada beberapa yang hadir dan memberi warna panggung diantaranya Pito Doandesta, Hernata Fendy, Bintara Was, Erwan Abiesma, Riky" Tukasnya

Buku Tembaru sendiri berisi seputar kumpulan pikiran dan konstruksi kerinduan penulis kepada kampung halaman setelah cukup lama meningalkan rumah yang akhirnya ia kehilangan suasana dari kampung tempat dimana ia tumbuh dan berkembang tetapi waktu memberi pemahaman bahwa kedamaian justru timbul ketika ia pulang adalah kesederhanaan dan kedamaian yang menjadi barang mahal di kota hari ini

Semenjak itu, ia memutusan untuk pulang dengan segenap batinya dalam kepulangan itu waktu memberi sebuah pemahaman untuk sebuah nilai tentang masyarakat desa, kehidupan sosial, adat, kearifan lokal, kebudayaan dan Kesenian, penulis melihat sebuah ruang bahwa kehendak yang sebenarnya dari kedamaian ialah menerima apa yang dimiliki dan menjalani apa yang terjadi mungkin saat itulah dunia bersalin rupa untuk kita tetap melakukan sebuah perayaan atas kehidupan

Lebih dalam terkait buku Tembaru Nukhan Dzu menuturkan Buku ini berisi sebuah gagasan dan konseptual desa wisata sebagai terobosan untuk literasi perekonomian membangun ekonomi mandiri agar roda perekonomian masyarakat bisa tumbuh dan mengalami perbaikan dengan adanya desa wisata

Hal itu dimulai dengan berusaha merespon kekayaan alam budaya dan keariafan lokal yang kemudian dibungkus dalam sebuah rumusan. Semua konseptual dan metode untuk membangun desa wisata semua tersusun rapi didalamnya dan buku ini sangat relevan sebagai buku rujukan untuk desa yang ingin membangun dirinya sebagai desa wisata

Tidak hanya sebuah gagasan dan konseptual untuk membangun desa wisata saja buku Terbaru juga berisi tentang ranguman rekam jejak dan jejak langkah yang penulis lakukan bersama para pengagas dan supporting system dari masyarakat yang menjadi lingkaran energi didalamnya

"secara garis besar buku tembaru sendiri menceritakan seputar kumpulan pikiran dan konstruksi kerinduan seorang anak kepada kampung halaman setelah cukup lama meningalkan rumah dengan bekerja keluar kota untuk kehidupan dan adanya sebuah kebahagiaan. tetapi waktu berjalan ternyata memberi pemahaman bahwa kedamaian Justru timbul ketika dia pulang ke kampung halaman yaitu kesederhaaan dan kedamaian Justru adalah kedamaian yang banyak orang cari

Semenjak itu dia memutusan memahami setiap jejak dari kampung tentang kehidupan masyarakat sosial adat kebudayaan dan kesenian dan semakin dalam ia Justru semakin menemukan kedamaian dan pemahaman nilai akan sejujurnya arti sebuah kehidupan" paparnya Nukhan

Dan dalam rangka untuk merawat dan menjaga apa yang di punya kampung halamanya tanpa merusak dan mengeksotasi kehidupan alam dan agraria. Ia bersama para pengagas merumuskan sebuah konseptual tentang desa wisata dalan kontruksi rasa memiliki dan menjaga. Dalam waktu bersamaan sebagai upaya meninfestasikan kesejahteraan masyarakat kampung

Pihaknya juga menambahkan "adapun sinopsis singkat isi terbagi menjadi beberapa segmen diantaranya seputar perkenalan tentang desa munding di bab dua gagasan dan konseptual saya berikan untuk kampung saya juga untuk menjawab segala keresahan warga. Kemudian ada juga kumpulan artikel seputar kegiatan yang telah kami lakukan bersama masyarakat dalam upaya pelaksanaan gagasan dan konseptual yang telah saya rumusan selanjutnya Merespon ruang artikel pendek puisi tentang apa yang dirasakan dalam kepulangan dan menemukan kedamaian ketika menyatu dengan kehidupan desa dan keindahan dalam kehidupan budaya dan adat yang sangat membuat kami damai" Paparnya

Ketika ditanya terkait harapan penulis mengungkapkan serupa sebuah karya sebagai seorang penulis selanjutnya melepas buku ini untuk menemukan kehidupanya sendiri bahwa bukan hanya tentang buku tetapi ditangan siapa dan berada dalam energi apa kelak sejujurnya buku ini akan sendiri bekerja nukhan juga berharap buku ini abadi sebagai penebar energi dan inspirasi di daerah lain

"Buku Tembaru akan menemukam tuan dan kehidupanya sendiri, buku Tembaru hanyalah sebuah rekam jejak pikiran dan gagasan yang kebetulan saya berhasil merumuskan dalam bentuk tulisan tidak lebih dari sekedar saya berusaha memberi impcat kepada tempat dimana kita tinggal dan tumbuh juga budaya yang kita duduki dan selayaknya sebuah tulisan pula pesan sederhana yang terkandung adalah yang dikatakan akan dilupakan tetapi yang ditulis dia akan abadi

Dalam kerangka keabadian pula saya berharap bukan hanya hanya buku Tembaru tetapi tentang pikiran dan konseptual yang tersimpan didalamnya ia akan abadi menembus zaman terlebih ketika ia jatuh ketanggan yang luas semakim luas pula ia akan jadi pemantik dan berdampak. harapan saya buku ini bukan hanya sekedar cerita tetapi ia adalah nyawa dan kelak ia akan berkisah mempunyai dampak yang luas sehingga energi dalam buku ini dapat menyebar dan menumbuhkan inspirasi bagi pembaca dalam bentuk apapun" Pungkas Nukhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun