Mohon tunggu...
NUKE PURIHERMINANTI
NUKE PURIHERMINANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Hello Saya Nuke Puri Herminanti. Welcome to my blog

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Oknum Polisi yang Diduga Mengabaikan Tanggung Jawab atas Dugaan Pelecehan Seksual Mahasiswi Bandung

6 November 2024   23:06 Diperbarui: 14 November 2024   12:17 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber tribun news.com

Kisah menyedihkan ini datang dari Chika (nama samaran), seorang mahasiswi dari Bandung yang menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh Faisal (nama samaran) seorang polisi di instansi jakarta, oknum polisi yang seharusnya menjunjung tinggi integritas. Bermula pada tahun 2022, hubungan asmara yang seharusnya dibangun dengan kepercayaan dan kasih sayang justru berubah menjadi trauma mendalam bagi Chika.

Semua bermula pada suatu malam di tahun 2022. Chika, yang memiliki hubungan asmara dengan Faisal, tidak pernah menyangka bahwa orang yang seharusnya ia percaya akan berbuat jahat padanya. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Saat ia terbangun dari ketidaksadarannya, Chika mendapati dirinya dalam keadaan tak berbusana, tubuh penuh luka, dan tanpa daya. Rasa sakit, takut, dan kebingungan menyelimuti dirinya, terlebih karena ia tidak pernah menduga Faisal akan melakukan hal sekeji itu.

Setelah beberapa minggu, Chika mulai mengalami gejala-gejala yang tidak biasa. Tubuhnya terasa lemas, ia kerap mual dan merasa tidak sehat. Dengan perasaan cemas, ia memutuskan untuk memeriksa kondisinya menggunakan test pack dan kenyataan pahit pun datang ia positif hamil. Dalam kondisi bingung dan merasa tak ada tempat berlindung, Chika berusaha menghubungi Faisal untuk meminta pertanggungjawaban. Namun, harapannya sia-sia. Faisal, yang seharusnya bertindak sebagai pelindung masyarakat, malah menolak untuk mengakui kesalahannya dan berusaha menghindar dari Chika.

Korban memperlihatkan hasil test pack positif sebagai bukti tambahan yang menguatkan tuduhannya terhadap oknum polisi tersebut. Bukti ini, yang merupakan simbol dari dampak langsung kejadian yang dialaminya, seakan menjadi titik balik dalam proses yang selama ini berjalan tanpa kejelasan.

sumber korban
sumber korban

Selama lebih dari setahun, Chika menjalani hidupnya dengan beban yang tak kunjung berakhir. Tidak ada bantuan atau dukungan yang datang dari Faisal. Setiap kali Chika mencoba meminta kepastian atau pertanggungjawaban, Faisal selalu mengabaikan permintaannya. Kejadian traumatis ini berangsur memengaruhi kesehatannya secara fisik maupun mental.

Pada bulan April 2024, trauma yang dialami Chika terulang kembali. Hubungan mereka yang sempat renggang ternyata masih membuka celah bagi Faisal untuk melakukan tindakan pelecehan serupa, dan Chika kembali mengalami kehamilan akibat kejadian tersebut. Dengan penuh harap, ia sekali lagi mencoba mencari keadilan. Ia melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwenang, bahkan mendatangi instansi tempat Faisal bekerja. Namun, hasilnya nihil. Laporan yang diajukan Chika tidak direspons, dengan alasan bukti yang dimilikinya dianggap belum cukup kuat oleh penegak hukum.

sumber korban 
sumber korban 

“Saya datangi langsung instansi dia bekerja di Jakarta, di dampingi kedua orang tua saya, tetapi pengajuan saya untuk bertemu pimpinan nya di tolak oleh propos disana” ujar chika.

Chika pun terpaksa menanggung semua kerugian ini sendirian. Tidak hanya secara emosional, dampak yang dialami Chika juga terasa pada kondisi finansialnya. Ketika Faisal menyarankan agar Chika mengakhiri kehamilannya, Faisal tak sekalipun membantu dari sisi finansial. Akhirnya, total biaya sebesar Rp10.000.000 untuk menggugurkan kandungan harus ditanggung sendiri oleh Chika. Keputusan yang berat ini kian memperparah kondisi emosional Chika. Ia mengalami depresi berat yang membuatnya terpaksa mundur dari perkuliahan. Keinginannya untuk menyelesaikan studi dan meraih masa depan yang lebih baik terkikis oleh trauma dan tekanan yang ia hadapi.

Dalam upaya terakhir untuk mencari keadilan, Chika memutuskan untuk menemui orang tua Faisal. Ia membawa bukti yang ia kumpulkan selama ini, berharap orang tua Faisal bisa menyadarkan anak mereka dan memberikan tanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Namun, upaya ini juga tidak membuahkan hasil. Kedua orang tua Faisal tidak memberikan respon yang diharapkan, dan Faisal tetap tidak menunjukkan itikad baik untuk bertanggung jawab.

Faisal, yang seharusnya menjadi figur yang melindungi dan melayani masyarakat, justru diduga menjadi pelaku dalam peristiwa yang membawa trauma mendalam bagi korban. Meskipun kasus ini sempat mendapat perhatian publik, Faisal diketahui masih menjalankan tugas rutinnya sebagai polisi. Tidak ada sanksi yang diberikan atau tindakan yang menunjukkan bahwa pihak kepolisian serius menangani tuduhan ini. Sumber yang dekat dengan Faisal menyebutkan bahwa ia masih aktif di posisinya dan menjalani kehidupan tanpa rasa bersalah atau tekanan.

Menurut kolega yang tidak ingin disebutkan namanya, Faisal tidak menunjukkan perubahan sikap setelah kasus ini mencuat. Ia masih terlihat bekerja dan berinteraksi seperti biasa dengan rekan-rekannya, seolah-olah tidak ada beban moral yang harus dipertanggungjawabkan. Situasi ini membuat banyak pihak mempertanyakan bagaimana seorang polisi dengan dugaan kasus serius masih dibiarkan bertugas tanpa evaluasi atau tindakan tegas dari instansi yang menaunginya

Penelusuran saya menemukan bahwa Faisal belum dikenakan sanksi atau proses hukum yang sesuai terkait dugaan pelanggaran yang dituduhkan kepadanya. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar, mengingat kasus ini melibatkan integritas dan tanggung jawab seorang penegak hukum. Sejumlah pakar hukum dan aktivis mengkritik ketidakmampuan pihak kepolisian dalam menindaklanjuti kasus ini, yang mencerminkan lemahnya transparansi dan akuntabilitas dalam tubuh institusi yang seharusnya memegang teguh prinsip keadilan.

Kehidupan Faisal yang tampaknya berjalan normal tanpa konsekuensi apa pun memperlihatkan bagaimana sistem terkadang masih lemah dalam menangani pelanggaran yang melibatkan oknum di dalamnya. Kasus ini mencerminkan kebutuhan mendesak untuk reformasi di tubuh kepolisian dan peningkatan akuntabilitas, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan pelanggaran etika dan hak asasi manusia.

Kisah Chika ini bukan hanya kisah perjuangan seorang mahasiswi, melainkan juga cerminan dari banyaknya tantangan yang dihadapi korban pelecehan seksual, terutama ketika pelaku adalah aparat hukum. Chika tidak hanya berjuang untuk mempertahankan dirinya, tetapi juga untuk keadilan yang belum kunjung datang.

Kasus ini menyoroti kebutuhan mendesak akan perbaikan dalam penegakan hukum, terutama bagi korban pelecehan seksual. Keberanian Chika untuk terus memperjuangkan haknya patut diapresiasi dan didukung oleh masyarakat luas. Keadilan bukan hanya tentang menghukum pelaku, tetapi juga memberikan perlindungan dan dukungan bagi korban. Kita sebagai masyarakat perlu bersatu untuk memastikan bahwa setiap individu, terutama mereka yang menjadi korban pelecehan seksual, mendapatkan hak dan keadilan yang mereka perjuangkan.

Semoga kisah ini menjadi pengingat bagi pihak berwenang dan instansi terkait untuk melakukan langkah konkret dalam melindungi setiap warga negara yang membutuhkan keadilan, terutama bagi mereka yang rentan seperti Chika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun