Entah bagaimana mulanya, ketika aku siuman, aku berada di tengah kobaran api dan gerombolan asap hitam yang mengangkasa dari arah rumahku. Tak ada satupun orang yang menolong. Mereka saling berteriak mengatakan bahwa seorang dukun memang pantas mati. Aku hanya bisa menangis histeris memanggil-manggil Bapak. Tapi bayangan Bapak tak kunjung datang berkelebat. [*]
Tangerang, 0822
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!