"Dua mata saya. Hidung saya satu.
 Dua kaki saya, pakai sepatu baru.Â
Dua telinga saya yang kiri dan kanan.Â
Satu mulut saya, tidak berhenti makan."Â
Waktu itu, dari dalam kamar aku mendengar suara Tante Nikol sedang mengajari Abram bernyanyi. Anak itu lucu dan sehat. Dengan lantang dia menirukan suara mamanya. Bahkan di usianya yang belum genap dua tahun Abram sudah lancar berbicara. Mendengar Tante Nikol menyanyi saat itu aku menyimpulkan bahwa suasana hatinya sedang baik. Maklum, tinggal seatap dengan mertua dan saudara kerap menimbulkan perasaan macam-macam. Mulai dari rasa tak enak hati jika jajan sendirian atau kadang ada perasaan sungkan jika bangun tidur diatas jam tujuh pagi. Belum lagi soal tingkah laku Abram yang terlalu aktif dan berani—hingga sering menimbulkan kerusakan kecil di rumah.Â
Tante Nikol memang sering curhat padaku. Mungkin dirasanya aku adalah satu-satunya manusia paling netral di rumah ini. Sebagai adik bungsu dari Ibuku, sebenarnya Tante Nikol adalah ibu yang mandiri dan baik; selalu merawat Abram dengan penuh perhatian dan bersikap lembut pada Om Dwi—Ayah Abram. Hanya saja … yah, sikap Nenek yang sangat disiplin terhadap kami, membuat suasana di rumah menjadi tegang. Wajar saja jika Nenek bersikap demikian. Di rumah ada tiga kepala rumah tangga, kalian bayangkan saja sendiri bagaimana dan seperti apa keadaannya. Dan, aku cukup memaklumi jika kelakuan Tante Nikol sering error.Â
Siang itu langit Semarang sedang berawan. Udara di sekitar kamarku terasa seperti dalam kukusan dandang di atas kompor. Aku melirik jam berbentuk hati di atas meja pemberian pacarku. Jam satu siang. Pantas saja jika cuaca terasa gerah.Â
"Tante, kita jalan yuk! Bosen banget nih, di rumah, mana gerah lagi," ajakku pada Tante Nikol. Saat itu aku melihat tanteku sedang terlongo melihat tayangan di tivi. Sedangkan Abram, anak lelaki itu sedang bermain lego di atas kasur tipis di sebelahnya.Â
"Tante! Ayo kita nge-mal aja, yuk!" ajakku sekali lagi. Tante Nikol kemudian menatapku sesaat sebelum dia berkata, "Ayo aja!"Â
Sudah kuduga, dia pasti mau. Tante Nikol memang tanteku yang asyik jika diajak bersenang-senang. Itu salah satu yang membuatku dekat dengannya. Tentu saja selain dia baik dan ada Abram yang lucu, cerdas lagi pemberani.Â
***