Aku si makhluk Tuhan paling biasa, penuh dengan lika liku percaya
Sejak dalam rahim ia, aku di tuntut untuk percaya pada semua jiwa
Sejak itu pula aku tidak ingin percaya pada semua jiwa
Namun apadaya, aku makhluk paling biasa yang menurut pada kata ia
Di dunia, aku bertanya pada ia "apa percaya itu, Bu?"
Ia menjawab dengan leluasa "percaya adalah kamu tidak menaruh luka apalagi denda pada jiwaÂ
yang sudah menyakiti, biarkan luka itu pergi dan percaya bahwa tidak semua jiwa senang menyakiti"
Begitu jawaban dari mulut wanita yang ku sebut ia dalam tulisan ini namun ku sebut ibu di dunia.
Ia dengan wajah lugunya
Ia dengan segala sabarnya
Ia dengan semua diamnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!