Pengurus NU UIN-SU Gelar Harlah Satu Abad
Lanjutkan Misi Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Medan,
Perlawanan terhadap penjajah dan kolonialisme yang terjadi di Indonesia sejak ratusan tahun lalu itu dipandu oleh para ulama dan santri. Setelah merdeka, maka tugas kita ialah melanjutkan misi kemerdekaan bangsa Indonesia atau menjemput kebangkitan kedua.
Demikian ditegaskan Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Kelembagaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Dr Maraimbang Daulay, MA yang juga sebagai ketua panitia pada gelaran Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di aula utama kampus II Jalan Willem Iskander, Medan, Selasa (7/2). Harlah satu abad ini mengangkat tema 'Medigdayakan Nahdlatul Ulama, menjemput abad kedua menuju kebangkitan baru'.
Hadir dalam kegiatan tersebut, para pimpinan UIN SU, para tokoh NU Sumut, anggota dewan pakar NU UIN-SU, para santri dan pelajar serta segenap keluarga besar NU khususnya yang berkedudukan di kampus Islam tersebut. Para tokoh hadir di antaranya Prof Syahnan dan Prof Nurhayati.
"Saya salut dan bangga atas kehadiran para tokoh NU di UIN SU, sebagai kader terbaik, cendikiawan, mubaligh, penceramah, dai dan para penerus tradisi kenabian untuk kepentingan melanjutkan dakwah islamiyah. Mengukuhkan Islam di Indonesia khususnya di Sumut. Kami sangat berbahagia dan bangga," ujar Dr Maraimbang.
Menilik tema dengan elemen kebangkitan baru, ia mencerminkan bahwa ada kebangkitan yang lama atau sebelumnya. Dijelaskannya, pada pembukaan UUD 1945, kemerdekaan Indonesia diraih bukan karena pemberian cuma-cuma dari penjajah dan bukan pula semata-mata hasil perjuangan bangsa. Namun sesungguhnya, kemerdekaan Indonesia, jelasnya, itu berkat rahmat dari Allah SWT.
"Yang melakukan perlawanan terhadap penjajah, terhadap Portugis, Spanyol, Belanda dan Sekutu, itu dipandu oleh ulama dan santri. Pada 22 Oktober  1945, menjadi suatu momentum penting perjuangan bangsa Indonesia ini, yakni dengan dikeluarkannya fakta jihad dari ulama," tukasnya.
Fakta jihad dimaksud, jelas Dr Maraimbang, merupakan seruan untuk wajib berperang melawan para penjajah untuk upaya mempertahankan kemerdekaan. Berbagai peristiwa penting terjadi kala itu, salah satunya ialah pada 10 November terjadi pertempuran yang menewaskan petinggi pasukan musuh yang kemudian tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.
Seruan jihad yang melekat dengan nilai dan tradisi keislaman tersebut, semata-mata untuk menghentikan upaya penjajah untuk menguasai kembali Indonesia. Tanggal keluarnya seruan jihad tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional oleh pemerintah. Kisah singkat perjuangan bangsa oleh kaum santri dan ulama termasuk digerakkan oleh NU tersebut, dikisahkan sebagai kebangkitan pertama.
Untuk kebangkitan baru dimaksud, jelasnya, merupakan tugas generasi bangsa saat ini untuk mengisi pembangunan dan melanjutkan misi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Ia mengajak semua untuk menyampaikan rasa hormat, terima kasih kepada para pendiri bangsa, para ulama, para santri dan para pejuang yang telah gugur meraih dan mempertahankan kemerdekaan, melawan pemberontakan PKI dan memperjuangkan Islam di Tanah Air.
Rangkaian perjuangan tersebutlah, sambugnya, yang akhirnya membawa pada pendirian UIN-SU kala itu IAIN SU pada 1973. Yang diketahui, berdirinya kampus ini adalah tidak terlepas dari peran para ulama termasuk ulama dan para tokoh NU di dalamnya. Salah satu ulama dan tokoh NU pendiri UIN-SU ialah H Ismail Sulaiman Lubis yang juga Rektor UIN-SU pertama. Ia sampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung acara ini berjalan baik.
Mewakili pimpinan Pengurus Wilayah NU Sumut, Dr Syukri Albani Nasution, MA menyampaikan, pertemuan ini untuk berkhidmat dan menguatkan tekad meyakini bahwa kegembiaraan telah sampai pada satu abad perjuangan NU. Menjalankan misi merawat keislaman di bangsa ini. NU tidak hanya hadir pada ruang-ruang eksklusif tapi juga hadir pada ruang-ruang inklusif.
"Oleh karena itu, sebagai amanah PBNU, untuk menggelar istighasah sekaligus merayakan satu abad NU bersama keluarga besar NU UIN-SU. Lalu doa dan syukuran, yang menguatkan tekad bahwa perjuangan akan terus berjalan sampai akhir hayat. Seluruh elemen dari siswa, mahasiswa, dosen dan para pegawai ikut menggembirakan dan senang, kita doa bersama untuk bangsa dan negara, merawat perjuangan keislaman," pungkasnya. Kegiatan ini digelar serentak di seluruh daerah di Indonesia untuk melestarikan dan mentradisikan keulamaan di tengah masyarakat maupun di generasi milenial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H