Mohon tunggu...
Ahmad Nugraha Putra
Ahmad Nugraha Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - Belajar nulis

Apa cuma saya, atau di luar sana tengah menggila...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muhammad TWH Pendiri Museum Pers Perjuangan: Jurnalis Harus Berakhlak Baik, Pathui KEJ

8 Februari 2023   18:58 Diperbarui: 8 Februari 2023   19:02 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu sumber pendanaan ialah ia mempunyai rumah yang bertetangga dengan Ali Sukardi, salah satu pendiri Harian Analisa. Rumah itu ia sewakan dan untuk membiayai dan membenai museum ini. Upaya ini memang juga didukung hobinya yang senang mengoleksi. "Saya sejak dulu suka mengoleksi dan mengumpulkan dokumen. Bagi wartawan koleksi dokumen itu sangat diperlukan," tandasnya yang mulai bekerja di Harian Mimbar Umum sejak 1951 ini.

Semangat mengoleksi ini, ia dapatkan dari sang ayah yang juga pewarta di Harian Seruan Kita pada era kolonial. Mengulangi pesan ayah TWH, yaitu foto atau dokumen ini memang sekarang tidak ada harganya, tapi 20 atau 30 tahun ke depan akan sangat berharga. Pesan ini yang ia pegang teguh hingga hari ini banyak karya yang ia hasilkan, termasuk museum pers.

Pers bagian dari perjuangan

Ia menjelaskan, pers yang menjadi bagian dari perjalanan hidup dan kariernya mempunyai makna penting. Termasuk dalam lahirnya republik ini. Menurut TWH, pers merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perjuangan bangsa untuk meraih kebebasan dan kemerdekaan dari belenggu penjajah dan kolonial masa itu. Setiap gerakan perjuangan, tokoh, kejadian penting, strategi dan peristiwa itu direkam dan didokumentasikan serta disebarluaskan atau dipublikasikan oleh kerja-kerja jurnalistik.

Maka dari itu, museum ini kini merupakan warisan literasi yang ia kembangkan untuk generasi muda memahami perjuangan bangsa bahwa kita adalah bangsa yang besar, berikut dengan peran pers di dalamnya. "Agar generasi muda bangsa mengetahui dan memahami para tokoh dan bagaimana perjuangan bangsa. Pers juga memberikan perjuangan sejak lama. Karena itu, pers merupakan bagian dari perjuangan kemerdekaan dan pembebasan bangsa Indonesia," katanya.

Lalu, di usianya yang kini sepuh, ia berpesan pada generasi muda agar mengedepankan akhlak yang baik dan kode etik dalam pelaksanaan tugas-tugas, khususnya dalam kerja jurnalistik. Kini berbagai penghargaan ia dapatkan, di antaranya menerima gelar kehormatan veteran pejuang kemerdekaan RI dari Panglima Abri kala itu diterbitkan 1983.

Orang-orang bertanya-tanya mengapa ia mendapatkan gelar veteran padahal sebagai wartawan. Ternyata dulu, ia sempat direkrut pejabat TNI saat itu untuk menjadi personel penerangan di Resimen V Divisi X di Lhokseumawe, Aceh. Momen ini sejalan dengan jenjang pendidikannya yakni di sekolah menegah Islam dan menjadi tentara pelajar Islam, lalu mendapatkan peluang bekerja di penerangan militer. Salah satu rekan yang ia kenang ialah Dakka Taus alias Hak Muddin yang di akhir kariernya sebagai wartawan Harian Analisa Medan.

Drs H Muhammad Tok Wan Haria (TWH), jurnalis senior juga veteran pejuang kemerdekaan dari Sumatera
Drs H Muhammad Tok Wan Haria (TWH), jurnalis senior juga veteran pejuang kemerdekaan dari Sumatera

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun