Jika mendengar nama Sugeng apa yang terlintas pertama kali di benak kalian? Pastilah tercetus kalimat seperti 'Sugeng Enjang' atau 'Sugeng Siang' yang artinya untuk menyapa Selamat Pagi dan Selamat Siang dalam bahasa Jawa. Ungkapan halus seperti 'Sugeng Dahar' yang berarti Selamat Makan dan 'Sugeng Rawuh' yang mengandung makna Selamat Datang.
Adapula Sugeng Riyadi yang artinya untuk mengucapkan Selamat Ulang Tahun serta masih banyak lagi ungkapan lain yang dibubuhi oleh nama Sugeng. Walau saya lahir di Jakarta namun darah Jawa dari orang tua cukup kental terasa, sehingga saya banyak belajar kosakata bahasa Jawa dari Ayah saya.
Setelah dipelajari menurut saya nama Sugeng itu begitu istimewa, sebab terletak di depan dan memiliki makna yang mendalam. Mirip seperti falsafah orang Jawa, "Sluman Slumun Slamet" atau "Alon-alon Asal Kelakon". Perlahan tapi pasti yang penting Selamat. Begitu pun orang Pasundan yang menyebut nama 'Asep'. Walau dari segi huruf dan penyebutan berbeda tetapi memiliki kemiripan arti yang serupa.
Kalau dahulu penamaan nama seseorang seperti Sugeng, Asep, Agus, Anto atau Budi begitu populer. Beda dengan sekarang nama-nama tersebut sangat jarang terdengar. Mungkin banyak yang mengira nama tersebut tidaklah ngetren atau jadul dan bisa jadi dianggap kuno atau ndeso.
Padahal jika ditarik ke belakang nama Sugeng itu mengandung pengertian luas. Besar harapan selalu diberi keselamatan dunia dan akhirat. Amiin ya rabbal alamiin! Kita sebagai manusia selalu diingatkan untuk lebih berhati-hati dan mawas diri dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu, siapa yang mengira jika nama Sugeng tersebut kini malah menjadi sebuah nama tempat usaha atau bisnis makanan dan minuman (F & B)? Wow! Kok bisa? Nama-nama lokal (local names) sekarang ini justru sedang digandrungi.
Sekedar informasi saja percaya atau tidak nama lokal atau Indonesia poenja jadi begitu mudah dicari dalam pencarian kata kunci (keyword) dalam indeks Google. Fakta ini saya peroleh dari hasil diskusi dan pelatihan dalam kelas-kelas optimasi Blog secara SEO (Search Engine Optimation).
Paduan Kearifan Lokal dan Tren Ngopi Saat Ini
Fakta di lapangan mengatakan semua orang di belahan dunia sejak nenek moyang sudah menyukai salah satu jenis minuman yang melegenda yaitu KOPI. Tidak hanya populer di Benua Afrika, Eropa bahkan Amerika saja tapi juga telah membudaya di Benua Asia.
Tak terkecuali di Indonesia, tradisi ngopi sambil berbincang telah eksis dari generasi ke generasi dan berlanjut hingga sekarang di kalangan mudanya yang akrab disebut generasi millenial. Kita sepatutnya berbangga bahwa Indonesia sendiri telah menduduki posisi negara keempat penghasil sekaligus pengekspor Kopi terbesar di dunia.
Padahal belum tentu semua orang paham betul filosofi kopi yang sesungguhnya. Bagaimana sejarahnya ketika bijinya mulai ditanam dan dipetik oleh petani Kopi, kemudian tahapan perlakuan prosesnya seperti digiling (grind) menjadi halus dan di brewing (seduh) dengan bermacam-macam cara dan kesukaan masing-masing.
Keharumannya yang khas tersebut selalu melekat kuat dalam panca indera manusia. Sehingga tak jarang menimbulkan adiksi (efek nagih) tersendiri bagi kebanyakan orang. Malah ada anggapan belum bisa melek atau terbangun kalau belum ngopi di pagi hari.
Mencari Sugeng di Kopi Sugeng Indonesia
Menjamurnya kedai-kedai kopi di luar sana telah menginspirasi banyak orang untuk membuka bisnis jenis ini. Untuk itulah, setelah sukses membuka kedainya secara perdana di utara Jakarta, Kopi Sugeng sebagai kedai kopi dengan biji kopi pilihan aseli 100% Indonesia kembali hadir menyapa para pelanggan setianya dengan meresmikan kedainya yang kedua.
Tak tanggung-tanggung masyarakat di wilayah timur Jakarta kini juga dapat mencicipi nikmatnya seruput kopi Nusantara. Dari penamaan tempatnya saja sudah dipastikan cocok dengan lidah orang Asia terutama orang lokal kita.
Diawali dengan acara sambutan sang pemilik Bapak Sugeng beserta isteri, jajaran manajemen dan pihak keluarga, Coffee Tour berkeliling langsung ke kedai Kopi Sugeng mencicipi kopi serta makan malam (dinner) dilanjutkan dengan acara hiburan berupa penampilan lagu solo dari penyanyi kak Reyhan ex Kangen Band lalu diakhiri dengan sesi foto bersama oleh seluruh pengisi acara.
Bagi dirinya Kopi Sugeng ini sudah seperti judul film kartun animasi favorit anak-anak yang begitu populer keluaran Disney yakni "Finding Dori"Â (Mencari Dori). Beliau berujar jika ingin mencari Sugeng (Finding Sugeng) sudah tepat untuk mampir dan menikmati kopi di kedai Kopi Sugeng. Insya Alloh ke depannya akan membuka sebanyak 50 kedai Kopi Sugeng di seluruh Indonesia.
Sama halnya dengan kedai kopi pada umumnya yang menyajikan segelas kopi hangat dan satu cup kopi yang di blend atau disajikan dingin (cold brew), Kopi Sugeng juga turut mengikuti selera tren pasar.
Bedanya mereka menggunakan kopi aseli 100% Indonesia yang didatangkan dari biji pilihan dari berbagai daerah di tanah air. Mulai dari Aceh-Gayo, Jawa-Temanggung, Toraja-Sulawesi hingga Wamena-Papua. Dari segi rasa cocok dengan lidah orang Kita, harganya relatif terjangkau dan masih masuk akal. Dari packaging (kemasan) pun menarik dan kekinian.
Saya yang tidak biasa meminum kopi pahit dengan aroma dan taste yang kuat (strong) sebab memiliki riwayat sakit maag akut atau asam lambung tinggi bisa memesan varian kopi yang lebih light (ringan) seperti Mocha, Vanilla Latte bahkan Avocado Coffee atau blend dengan rasa Alpukat seperti yang saya genggam. Tergantung selera masing-masing penikmat saja.
Apalagi konsep Kopi Sugeng berupa Coffee Ecosystem akan semakin yakin usaha rintisan kuliner ini berkembang pesat di tengah menjamurnya gempuran brand kedai kopi asing.
Satu hal yang penting yang perlu diingat adalah Selamat Menikmati Kopi Nusantara!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H