Indonesia adalah negara kepulauan yang majemuk dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia dengan jumlah penduduk Muslim sekitar 200 juta jiwa. Jumlahnya berkisar antara 87,2% dari total penduduknya dan secara jumlah otomatis menjadikan Islam sebagai agama yang dominan di negara ini.
Letak kawasan Indonesia sebagai negara kepulauan itulah menjadikan potensi dan berkontribusi secara signifikan terhadap terbentuknya masyarakat yang heterogen dengan sosial dan budaya. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai kawasan dengan beraneka ragam budaya lokal dan berbagai macam etnis, suku serta agama yang dapat hidup saling berdampingan secara damai dan harmonis. Termasuk pada bagaimana pendidikan Islam yang beragam, baik dari segi bentuk maupun praktik pembelajarannya.Â
Apabila dibandingkan dengan Muslim dunia di negara lain, Indonesia lebih unggul dalam hal jumlah lembaga pendidikan Islamnya, mulai dari jumlah madrasah sekitar 75.000 lembaga, 28.000 pesantren, hingga 600 lembaga pendidikan tinggi keagamaan Islam. Sebagian besar lembaga-lembaga tersebut didirikan oleh Yayasan swasta dan ormas keagamaan, misalnya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Persatuan Islam (PERSIS). Disamping mengelola lembaga pendidikan, organisasi-organisasi tersebut juga bergerak di bidang pelayanan publik (public services) seperti di bidang kesehatan dan lembaga keuangan baik nirlaba maupun sektor komersil.
Pada kenyataannya, banyak sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit yang dapat dijumpai dengan mudahnya di seluruh Indonesia di bawah nama organisasi-organisasi tersebut, terutama dua ormas terbesar, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Keberadaan ormas-ormas tersebut memainkan peranan penting dalam pergerakan-pergerakan keagamaan secara umum terutama dalam hal pendidikan. Perlu diketahui bahwa sejarah pendidikan Islam di Indonesia telah menjadi saksi munculnya cendekiawan muslim yang berpengaruh melalui karya mereka. Hasil karya mereka diakui dengan baik di negara kita maupun dunia, khususnya umat Islam secara keseluruhan hingga saat ini.
Profil tokoh lulusan pendidikan Islam
Kita melihat banyak sekali tokoh bangsa di negeri ini justru dicetak dari didikan kuat Pendidikan Islam dan tidak jarang mereka merupakan lulusan pesantren dan institusi atau lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam. Sebut saja pemuka agama dunia asal Indonesia Imam Shamsi Ali, Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD.
Muhammad Syamsi Ali, biasa dipanggil Syamsi Ali atau Shamsi Ali dalam bahasa Inggris, saat ini merupakan Imam besar di Islamic Center of New York dan direktur Jamaica Muslim Center, sebuah yayasan dan masjid di kawasan timur New York, Amerika Serikat, yang dikelola komunitas muslim asal Asia Selatan. Syamsi Ali aktif dalam kegiatan dakwah Islam dan komunikasi antaragama (inter religion) di Amerika Serikat.
Sebelum beliau bekerja dan menetap di Amerika Serikat, Imam Ali terlebih dahulu bersekolah di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul-Arqam Makassar. Kemudian, Syamsi Ali melanjutkan jenjang S1 di bidang Tafsir lewat jalur beasiswa dari Rabithah Alam Islami di Universitas Islam Internasional, Islamabad, Pakistan dan merampungkan studi S2 di bidang Perbandingan Agama di Universitas yang sama.
Tak berbeda jauh dengan itu. Pemilik nama lengkap Dino Patti Djalal sebelum berprofesi menjadi seorang duta besar, juru bicara dan diplomat, beliau menempuh jalur pendidikannya di sekolah dasar dan menengah pertama di Sekolah Islam Al Azhar, kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke McLean High School, Amerika Serikat, dan berhasil menamatkan pendidikan Sarjana di Universitas Carleton. Gelar Master diraihnya dari Universitas Simon Fraser di Kanada hingga kemudian meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School of Economics and Political Science.
Sementara Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U sebelum beliau menjadi hakim dan  dosen juga pernah mengambil studi di Madrasah Ibtidaiyah di Pondok Pesantren al Mardhiyyah, Waru, Pamekasan, Madura. Berlanjut di Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri Pamekasan dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) Yogyakarta.Â
Gelar Sarjana Hukum Tata Negara diperolehnya dari Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Beliau juga sempat menempuh studi Sastra Arab, di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Magister Ilmu Politik dan Doktor Ilmu Hukum Tata Negara juga di kampus yang sama. Setelah itu gelar Profesor Hukum Tata Negara diperoleh dari Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Ketiga orang tersebut hanya segelintir dari ribuan tokoh penting di Indonesia dan sosok yang terbilang berhasil menorehkan banyak prestasi yang membanggakan serta mendapatkan amanah baik di lingkup nasional maupun dalam ranah global.
Peran serta Santri Milenial
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171121-172931-927-5a1d7705941c2019033e01c2.jpg?t=o&v=770)
Dalam kegiatan expo tersebut juga tersedia sekitar 200 stand pameran yang diperuntukkan bagi lembaga-lembaga pendidikan dan mitra dari dalam dan luar negeri. Tujuan diadakan pameran sebenarnya adalah untuk menampilkan pendidikan Islam Indonesia agar lebih dikenal dengan baik oleh masyarakat luas baik dalam lingkup nasional maupun global.Â
Dengan mengunjungi pameran para pengunjung memperoleh beragam informasi mengenai khazanah pendidikan Islam di Indonesia di masa lampau maupun perkembangannya saat ini. Bagi Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Agama RI, pameran ini dianggap penting dan strategis untuk mempromosikan potensi-potensi yang dimiliki sekaligus memperkenalkan peran pondok pesantren dalam arus globalisasi.
![Coverage IIEE 2017 (dok. Kompasianer)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171128-133920-5a1d76a6677ffb4079003d92.jpg?t=o&v=770)
Pondok pesantren dahulu berbeda dengan sekarang. Imej ponpes kini sudah tidak lagi lekat atau melulu dengan paham konservatif dan bersifat tradisionil saja. Dan siapa bilang santriawan dan santriwati hanya gemar mengaji saja? Siapa yang menyangka para santri hanya pandai mempelajari kitab kuning hingga di luar kepala?
![Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171128-134247-5a1d7797a8d35e02227b95b2.jpg?t=o&v=770)
![Salah satu hasil pertanian dan kegiatan usaha ponpes (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171128-134156-5a1d77f4b3f86c1ee138d2d2.jpg?t=o&v=770)
![Dokumentasi Kompasianer Yashinta](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171128-133937-5a1d785b543f871348143532.jpg?t=o&v=770)
Banyak penampilan tarian tradisional, paduan suara dan hadroh, pembacaan puisi dan teater, peragaan busana (fashion show) dan juga ada booth-booth lain yang berhubungan dengan kegiatan literasi seperti cerita dongeng, perpustakaan digital santri dan santri menulis.
![Kompetisi Robotik Madrasah (dok. Pindeskemenag)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171128-121853-5a1d787a543f871437600bd2.jpg?t=o&v=770)
![Contoh hasil seni para santri (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171121-174713-907-5a1d78ac34aec028b33d00a2.jpg?t=o&v=770)
![Peran Bank Indonesia dalam mendukung perekonomian Islam (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/11/28/img-20171128-133446-5a1d79a47b0b87133c60f332.jpg?t=o&v=770)
Pesantren di masa depan
Posisi pondok pesantren harus menjadi wasilah bagi penguatan kapasitas kelembagaan pesantren itu sendiri, terutama dalam merespon dinamika dan tantangan zaman, termasuk tantangan ideologi trans nasional yang dewasa ini semakin ekspansif memasuki satuan pendidikan keagamaan. Pesantren di masa yang akan datang diharap mampu  menjadi pilar yang didesain untuk merawat, memupuk dan menumbuhkembangkan Islam Nusantara. Basis pesantren diharapkan juga menjadi lebih responsif di tengah proses transformasi global. Tradisi pesantren dengan paradigma dan peradaban wasathiyah-nya akan menjadi solusi untuk menyudahi ketidakharmonisan yang terjadi dan bahkan pertikaian di tengah masyarakat.
Setiap wasathiyahyang sudah mentradisi di lingkungan pesantren telah terbukti mampu membekali dan memberdayakan masyarakat untuk menghargai adanya perbedaan masing-masing anggota masyarakat. Perbedaan dipandang sebagai hak fundamental dari setiap warga masyarakat. Direktur Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren, Ahmad Zayadi berujar di sela-sela dialog interaktif (talkshow) di hadapan pengunjung pameran.Â
Besar harapan beliau kiranya kitab kuning yang menjadi pedoman dan diajarkan seyogyanya diamalkan pada kehidupan nyata. Ahmad menambahkan, "Lahirnya pondok pesantren cukup mendorong hadirnya pandangan yang pluralistik, bahkan progresif". Selain itu Menag Lukman pun menuturkan pengembangan pesantren menjadi modal atau titik awal untuk memperkuat Tafaqquh Fiddin (lembaga keagamaan) dan membentuk kemandirian masyarakat.
Selain menjalin ukhuwah dan menerapkan hubungan antar manusia (hablu minna nass). Seolah ingin mengukuhkan kembali Islam dimana merupakan agama yang universal dan rahmatan lil alamiin (rahmat bagi semesta alam). Serta terus berupaya  menghapus stigma negatif tentang konsep pemikiran bahkan persepsi dengan pelabelan buruk terhadap Islam di mata dunia internasional. Islam memperkenalkan Laquum dinukum waliyaddin yang artinya Bagiku agamaku dan Bagimu agamamu.Â
Pengertian tersebut sudah tampak jelas dan menguatkan bahwa Islam memberikan kebebasan dan menghormati sepenuhnya kepada siapapun dalam memeluk agama dan kepercayaan yang dianutnya masing-masing. Dengan begitu kehidupan beragama umat Islam di Indonesia dinilai bisa menjadi contoh ideal bagi negara-negara di dunia untuk menghadirkan Islam yang moderat, toleran dan demokratis.
Keberadaan Islam di Indonesia dengan berbagai sumber daya, baik manusianya (intelektual), bidang akademis (karya-karya ilmiah) maupun lembaga (ormas, sekolah, perguruan tinggi), tak pelak lagi patut diketahui secara lebih luas oleh masyarakat internasional. Melihat potensi-potensi yang dimiliki tersebut di atas, Indonesia layak mendapatkan pengakuan sebagai salah satu pusat peradaban dunia. Akhir kata besar harapan Indonesia selaku tuan rumah semoga dalam forum dan kegiatan selama pameran IIEE 2017 tersebut mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan studi keislaman sebagai pembuktian untuk membangun peradaban bangsa.