Buku dan perpustakaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dimana buku adalah sumber ilmu dan perpustakaan tempat muasal dimana sumber ilmu tersebut dapat dicari. Tetapi pada kenyataannya kebanyakan orang masih saja malas untuk berkunjung ke perpustakaan bahkan tidak sedikit dari kita mendengar persepsi yang kurang menyenangkan tentang perpustakaan.Â
Mulai dari bergesernya cara pandang seseorang akan eksistensi wujud buku secara fisik dan hanya cukup mengandalkan internet, hingga anggapan masyarakat bahwa perpustakaan adalah momok yang kaku, serius, monoton, pengap dan berdebu bahkan lengkap dengan imej penjaga tua berkacamata dengan lensa super tebal. Ditengarai ada pula yang mengeluh karena letak lokasi yang tidak strategis, minimnya koleksi pustaka yang dimiliki hingga fasilitas layanan yang kurang memadai bagi para penggunanya.
Pemahaman perpustakaan sebagai sebuah gudang ilmu sering dianggap konservatif dan kuno. Terutama karena penggunanya sudah berubah. Generasi sekarang ini dijejali segala sesuatu yang instan, praktis dan mudah pakai. Tak heran mereka malah lebih memilih menggunakan aplikasi untuk mengunduh secara langsung tanpa perlu bersusah payah datang ke perpustakaan.Â
Para pengguna saat ini telah menjadi konsumen informasi yang dalam sekejap saja dapat melompat dari mesin pencari ke laman artikel, akun wikipedia bahkan melalui jejaring sosial.
Selama 2 tahun 6 bulan dari yang semula gedung hanya terdapat 3 lantai tersebut akhirnya gedung ini rampung dikerjakan dan dapat digunakan oleh khalayak. Kamis, 14 September Presiden Jokowi didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) M. Nasir, Kepala Perpustakaan Nasional, Muh. Syarif Bando, dan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meresmikan gedung fasilitas layanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI). Acara peresmian dihadiri pula oleh beberapa tokoh seperti Sekretariat Kabinet Pramono Anung, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab, beserta seluruh perwakilan perpustakaan wilayah baik pusat maupun daerah, para tamu undangan mulai dari penerbit dan segenap pegiat literasi.
Perpustakaan nasional dibangun di lokasi prestisius karena berada di kompleks bersejarah yang berseberangan dengan lapangan IRTI Monas, yang juga merupakan kawasan Ring Satu pemerintahan pusat. Terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan nomor 11 gedung ini dibangun di atas areal seluas 11.975 m2 dengan luas bangunan 50.917 m2 dan tinggi mencapai 126,3 meter dimana memiliki 27 lantai diantaranya 24 lantai gedung dan 3 besmen. Tempat ini digadang-gadang sebagai gedung tertinggi di dunia untuk kategori perpustakaan. Fasilitas layanan pun dirancang dengan konsep green building jika dirata-rata konsumsi energinya sekitar 150 kwh per mm2 setiap tahun seperti konsep gedung negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia. Biaya pembangunan gedung fasilitas tersebut ditaksir hampir mencapai 500 M dengan menggunakan anggaran multiyears APBN dalam kurun waktu tahun 2013 hingga 2016.
Bentuk bangunan perpustakaan ini tinggi menjulang dengan rupa persegi seperti jendela yang menghadap ke beranda atau selasar rumah. Memberikan makna berupa "Jendela Dunia" atau The Window of the World.
Arsitektur gedung sendiri dipilih merupakan hasil sayembara yang berhasil dimenangkan oleh seorang arsitektur. Jika dilihat sekilas dari tampak luar tak ada yang menonjol, masih sama seperti gedung pemerintahan pada umumnya. Tetapi jika melongok ke bagian dalam gedung, seakan tidak percaya banyak pojok dan ruangan yang tak biasa.Â
Gedung ini dilengkapi pula dengan teknologi kabel jaringan data, kategori 7 (CAT-7) dan perangkat jaringan aktif yang mampu mentransfer data hingga 100 Giga bit per seken. Jangan khawatir merasa gerah atau kepanasan, gedung ini sudah dilengkapi dengan mesin pendingin sentral.Â
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menambahkan bahwa kita boleh berbangga tapi jangan cepat berpuas hati. Diharapkan nanti gedung ini tidak hanya sekedar megah tetapi menjadi corong peradaban untuk menyongsong masa depan bahkan hingga 50 tahun mendatang. "Perpustakaan ini diharapkan menjadi sentra aktifitas yang edukatif, rekreatif dan kultural" ujar Presiden.