Mohon tunggu...
Sam Nugroho
Sam Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Notulis, typist, penulis konten, blogger

Simple Life Simple Problem

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia Bersyukur Miliki Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia

17 September 2017   23:29 Diperbarui: 19 September 2017   00:32 7032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan Nasional RI baru (Tribunnews.com)

Buku dan perpustakaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dimana buku adalah sumber ilmu dan perpustakaan tempat muasal dimana sumber ilmu tersebut dapat dicari. Tetapi pada kenyataannya kebanyakan orang masih saja malas untuk berkunjung ke perpustakaan bahkan tidak sedikit dari kita mendengar persepsi yang kurang menyenangkan tentang perpustakaan. 

Mulai dari bergesernya cara pandang seseorang akan eksistensi wujud buku secara fisik dan hanya cukup mengandalkan internet, hingga anggapan masyarakat bahwa perpustakaan adalah momok yang kaku, serius, monoton, pengap dan berdebu bahkan lengkap dengan imej penjaga tua berkacamata dengan lensa super tebal. Ditengarai ada pula yang mengeluh karena letak lokasi yang tidak strategis, minimnya koleksi pustaka yang dimiliki hingga fasilitas layanan yang kurang memadai bagi para penggunanya.

Pemahaman perpustakaan sebagai sebuah gudang ilmu sering dianggap konservatif dan kuno. Terutama karena penggunanya sudah berubah. Generasi sekarang ini dijejali segala sesuatu yang instan, praktis dan mudah pakai. Tak heran mereka malah lebih memilih menggunakan aplikasi untuk mengunduh secara langsung tanpa perlu bersusah payah datang ke perpustakaan. 

Para pengguna saat ini telah menjadi konsumen informasi yang dalam sekejap saja dapat melompat dari mesin pencari ke laman artikel, akun wikipedia bahkan melalui jejaring sosial.

Peresmian secara simbolis (dok. Perpusnas RI)
Peresmian secara simbolis (dok. Perpusnas RI)
Berangkat dari keprihatinan inilah, pada tahun 2015 Presiden Joko Widodo yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, secara sigap menginisiasikan sentra kepustakaan yang berstandar internasional dengan merevitalisasi pembangunan perpustakaan milik bangsa yang diperuntukkan bagi siapa saja dan letaknya masih di pusat kota.

Selama 2 tahun 6 bulan dari yang semula gedung hanya terdapat 3 lantai tersebut akhirnya gedung ini rampung dikerjakan dan dapat digunakan oleh khalayak. Kamis, 14 September Presiden Jokowi didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) M. Nasir, Kepala Perpustakaan Nasional, Muh. Syarif Bando, dan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meresmikan gedung fasilitas layanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI). Acara peresmian dihadiri pula oleh beberapa tokoh seperti Sekretariat Kabinet Pramono Anung, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab, beserta seluruh perwakilan perpustakaan wilayah baik pusat maupun daerah, para tamu undangan mulai dari penerbit dan segenap pegiat literasi.

Perpustakaan nasional dibangun di lokasi prestisius karena berada di kompleks bersejarah yang berseberangan dengan lapangan IRTI Monas, yang juga merupakan kawasan Ring Satu pemerintahan pusat. Terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan nomor 11 gedung ini dibangun di atas areal seluas 11.975 m2 dengan luas bangunan 50.917 m2 dan tinggi mencapai 126,3 meter dimana memiliki 27 lantai diantaranya 24 lantai gedung dan 3 besmen. Tempat ini digadang-gadang sebagai gedung tertinggi di dunia untuk kategori perpustakaan. Fasilitas layanan pun dirancang dengan konsep green building jika dirata-rata konsumsi energinya sekitar 150 kwh per mm2 setiap tahun seperti konsep gedung negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia. Biaya pembangunan gedung fasilitas tersebut ditaksir hampir mencapai 500 M dengan menggunakan anggaran multiyears APBN dalam kurun waktu tahun 2013 hingga 2016.

Bentuk bangunan perpustakaan ini tinggi menjulang dengan rupa persegi seperti jendela yang menghadap ke beranda atau selasar rumah. Memberikan makna berupa "Jendela Dunia" atau The Window of the World.

Arsitektur gedung sendiri dipilih merupakan hasil sayembara yang berhasil dimenangkan oleh seorang arsitektur. Jika dilihat sekilas dari tampak luar tak ada yang menonjol, masih sama seperti gedung pemerintahan pada umumnya. Tetapi jika melongok ke bagian dalam gedung, seakan tidak percaya banyak pojok dan ruangan yang tak biasa. 

Gedung ini dilengkapi pula dengan teknologi kabel jaringan data, kategori 7 (CAT-7) dan perangkat jaringan aktif yang mampu mentransfer data hingga 100 Giga bit per seken. Jangan khawatir merasa gerah atau kepanasan, gedung ini sudah dilengkapi dengan mesin pendingin sentral. 

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menambahkan bahwa kita boleh berbangga tapi jangan cepat berpuas hati. Diharapkan nanti gedung ini tidak hanya sekedar megah tetapi menjadi corong peradaban untuk menyongsong masa depan bahkan hingga 50 tahun mendatang. "Perpustakaan ini diharapkan menjadi sentra aktifitas yang edukatif, rekreatif dan kultural" ujar Presiden.

Ketika Presiden meninjau langsung (dok perpusnas)
Ketika Presiden meninjau langsung (dok perpusnas)
e Pustaka (dok perpusnas)
e Pustaka (dok perpusnas)
Disela-sela kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung kesiapan dan kelengkapan beberapa fasilitas dukungan layanan perpusnas. Fasilitas layanan perpustakaan tersebut merupakan kolaborasi antara layanan inklusif dan diversifikasi berbasis komunitas dengan mengusung TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). 

Layanan inklusif dimaksutkan untuk dirancang dan diperuntukkan melayani para penyandang disabilitas baik itu berupa sarana dan prasarana, koleksinya maupun ruangan khusus bagi penyandang tuna netra, disertai pula dengan pojok baca anak-anak yang didesain unik, menarik dan menyenangkan sebab dindingnya pun dihiasi oleh lukisan mural dengan tema cerita rakyat nusantara (Indonesian folklore). Jadi tidak perlu khawatir bagi para bunda untuk menemani buah hatinya membaca, bereksplorasi serta berinteraksi. Untuk melatih kepercayaan diri mereka tersedia pula panggung kreasi yang ideal untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan literasi sejak dini. Tak hanya itu saja, layanan prima juga diberikan kepada orang tua yang sudah sepuh atau lansia dan diberikan tempat prioritas lengkap dengan koleksi dan termasuk petugas pendamping.

Pojok baca anak (dok Perpusnas)
Pojok baca anak (dok Perpusnas)
Ruang baca penyandang tuna netra (dok Perpusnas)
Ruang baca penyandang tuna netra (dok Perpusnas)
Fasilitas layanan perpustakaan nasional dilengkapi dengan pusat data koleksi yang disemati dengan teknologi Tier 3 dan telelift (sistem transportasi buku secara otomatis), ruang pameran (galeri), teater pertunjukkan yang diproyeksikan dapat menampung kapasitas aula berjumlah 1000 orang, teleconference room dan beberapa ruang diskusi yang dapat dimanfaatkan oleh para pegiat dari berbagai komunitas literasi. Kartu anggota perpustakaan pun sudah mengembangkan sistem terbaru yang mutakhir dan berbasis RFID (identifikasi frekuensi radio). Bahkan seluruh pengelolaan koleksi di setiap lantai sudah menggunakan teknologi ini. Tujuannya sebagai sarana pengaman dan inventori koleksi. Fasilitas perpustakaan juga memberikan kemudahan bagi para pengunjung yang melayani peminjaman buku untuk dibawa pulang dengan batas waktu tertentu.

Berikut merupakan direktori Fasilitas Layanan yang berada di Gedung Perpusnas RI:

Direktori Layanan Perpus (Dokumentasi Pribadi)
Direktori Layanan Perpus (Dokumentasi Pribadi)
Keterangan:
  1. Lantai 1 : Lobby Utama
  2. Lantai 2 : Ruang Layanan Keanggotaan Perpustakaan dan Ruang Teater
  3. Lantai 3 : Zona Promosi Budaya Baca
  4. Lantai 4 : Ruang Pameran Koleksi Perpustakaan
  5. Lantai 5 : Ruang Pustakawan
  6. Lantai 6 : Data Center
  7. Lantai 7 : Layanan Anak, Lansia Dan Disabilitas
  8. Lantai 8 : Layanan Audiovisual
  9. Lantai 9 : Layanan Naskah Nusantara
  10. Lantai 10 : Layanan Deposit
  11. Lantai 11 : Monograf Tertutup
  12. Lantai 12 : Ruang Baca Pemustaka
  13. Lantai 13 : Layanan Repositori Terbitan Karya Indonesia
  14. Lantai 14 : Layanan Koleksi Buku Langka
  15. Lantai 15 : Layanan Referens
  16. Lantai 16 : Layanan Koleksi Foto, Peta Dan Lukisan
  17. Lantai 17-18 : Kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
  18. Lantai 19 : Layanan Multi Media
  19. Lantai 20 : Layanan Koleksi Berkala Mutakhir dan Bidang Ilmu Perpustakaan
  20. Lantai 21-22 : Layanan Monograf Terbuka
  21. Lantai 23 : Layanan Koleksi Bangsa-bangsa di Dunia Dan Majalah Terjilid
  22. Lantai 24 : Layanan Koleksi Budaya Nusantara, Eksekutif Lounge dan Ruang Penerimaan Tamu Mancanegara

Gedung ini diharapkan mampu menjadi ujung tombak percepatan program mencerdaskan bangsa dan mulai menganggap bahwa perpustakaan mendapat tempat di hati masyarakat bahkan bukan tidak mungkin akan diperhitungkan di ranah internasional.

Oia. Bagi yang penasaran ingin datang dan berkunjung ke perpustakaan ini dibuka setiap hari Senin-Jum'at mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Rencananya pada 9 Oktober sudah dapat dibuka untuk umum dan melayani pengunjung mulai pukul 08.30 hingga pukul 18.00 melihat situasi dan kondisi. Bahkan dikabarkan saat akhir pekan menjadi hari yang istimewa untuk Presiden datang dan membaca dengan mengundang para tamu negara beserta jajaran kabinet kerja di eksekutif lounge yang terletak pada puncak gedung lantai 24.

Mari budayakan membaca.

Salam Literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun