Bersyukur setiap hari. Pada sesama wajib sebaiknya peduli.
Pernahkah Anda terkapar di ICU lebih dari 2 minggu, mungkin 3 minggu mungkin lebih?
Saya pernah mengalaminya. Hal paling enak ketika itu, ketika sudah diijinkan minum air putih. Setetes demi setetes masuk ke dalam tenggorokan.
Jika tidak percaya, silakan dicoba sendiri: kondisi kritis bahkan serasa nyawa mau meloncat dari tubuh kita. Ketika badan terasa ringan, ingin rasanya meminta maaf kepada semua penghuni muka bumi. Namun ketika merasa masih banyak tanggung jawab, pingin menghiba agar hidup masih bisa dilanjutkan.
Cobalah membuat list sebagai berikut ini;
1. Apakah hari ini lidah masih mencecap rasa enak makanan?
2. Apakah nafas masih longgar dengan hembusan AC atau angin semilir masih menyentuh leher dan jiwa kita?
3. Apakah kaki masih bisa melangkah dengan tangan sibuk membuat kopi atau teh di pagi hari dengan asupan roti Harvest atau Holland Bakery?
4. Apakah masih bisa merasakan mandi air dingin atau hangat, sambil sesekali bersiul atau mendendangkan lagu di shower room?
5. Apakah masih bisa dengan hati riang menjalankan ibadah harian?
6. Apakah masih bisa bercanda dengan teman atau keluarga?
7. Apakah masih bisa buang hajat di pagi hari sambil baca koran dan pintu digedor-gedor istri?
8. APakah semalam bisa tidur nyenyak, atau setidaknya ada rumah tempat berteduh dengan deras air hujan di luar rumah?
9. Apakah masih bisa nyetatus di medsos atau buka hp mengintip percakapan di WA sambil sesekali mengomel atas WA yang tidak patut, atau tersenyum mencermati video lucu ? ...........
Bersyukurlah, berarti Anda masih hidup normal. Sehat dan aman.
Sebagian dari kita sedang dihantui banyak kemiskinan, rumah bocor akibat hujan, bahkan bombardir bom di jalur GAZA atau malahan sedang penuh tekanan di rumah sakit jiwa.
Bersyukurlah dan pedulilah. Karena mungkin suatu saat akhirnya kita semua tinggal nama.
Sebaik-baik pemimpin, jika itu Anda, saya, kita semua, adalah yang berbuat adil kepada tim atau anak buah.
Seburuk buruk pemimpin, adalah yang selalu mengklaim sukses dari hasil usahanya sendiri, tapi kalau gagal itu, akan menuding-nuding disebabkan masukan anak buah yang tidak kompeten.
Mari berlomba dalam kebaikan. (Fastabighul khairat) Terus bersyukur dan menebar kebaikan meskipun hanya sebiji sawi.
Telah kusampaikan. Salam Hikmat Sabat. 25.11.2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H