Bila anak tidak ditanamkan bahwa ia adalah lakilaki, maka ia akan mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan. Bukan tidak mungkin, ia akan tumbuh sebagai keperempuan-perempuanan, atau orientasi seksual sebagaimana perempuan. Ancaman konkret, ia bisa berorientasi seks homoseksual, tertarik pada sesama jenis laki-laki, atau bahkan ingin operasi kelamin menjadi perempuan.
Peran Sosial
Sumber diskriminasi gender bukanlah pada penegasan peran gender, melainkan tuntutan peran sosial yang berbeda. Perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara gender tetaplah ada, namun tuntutan peran sosial yang berbeda memang digunakan oleh sementara kalangan sebagai alasan untuk merendahkan perempuan.
Perendahan wanita ini sebenarnya bersumber 0pada standar kehidupan primitif, dimana perempuan identik dengan peran domestik (pengasuhan anak, mengumpulkan biji-bijian, memasak, hamil, dan sebagainya), sementara laki-laki identik dengan peran publik (berburu, mempertahankan serangan binatang buas, membuat pertahanan rumah dari serangan udara dingin dan bencana alam). Akibatnya, wanita dianggap sebagai makhluk inferior, laki-laki superior Wanita lemah, laki-laki kuat.
Peran sosial primitif juga mendudukkan kaum wanita pada posisi yang dirugikan. Wanita dirugikan dalam peluang kerja. Ia menempati posisi-posisi bukan kunci, sekadar pelengkap penderita, upah lebih rendah, dan dengan pesaing pria yang tidak lebih unggul darinya, wanita sering dikalahkan.
Lebih lanjut Jones menjelaskan, wanita bekerja 36 jam tanpa dibayar dalam seminggu, sedangkan laki-laki kurang dari 18 jam. Perempuan menggunakan 70 persen waktunya untuk pekerjaan yang tidak dibayar, sementara laki-laki hanya 30 persen. Laki laki yang penuntut dianggap wajar, sementara perempuan penuntut dinilai bawel, matre, dan rewel.
Penuh Pilihan
Dalam pandangan Abraham Maslow, psikolog aliran humanistik, bahwa sebenarnya semua orang berpeluang untuk mencapai aktualisasi diri. Tidak pandang jenis kelamin, setiap manusia boleh mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan minat dan potensinya.
Sepanjang tidak mengganggu peran jenis dan peran sosial, wanita berkiprah di publik adalah wajar dan biasa biasa saja Sama halnya, era sekarang ini laki-laki yang membantu mencuci piring, momong anak, menyedot lendir ingus anaknya langsung dari hidung dengan mulutnya, menceboki anaknya yang barusan membuang hajat, mengepel lantai, mencuci mobil, adalah tidak istimewa dan biasa-biasa saja.
Yang sebenarnya disayangkan, adalah sikap arogan dari sementara jenis kelamin, baik laki-laki ataupun perempuan, dengan mendengung-dengungkan perbedaan dalam konteks ketidak adilan. Peran gender, dirancukan dengan peran sosial. Identitas gender, disamaratakan dengan diskriminasi gender.