Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Bermain Bukan Sekadar Bersenang-senang

9 Desember 2022   05:58 Diperbarui: 9 Desember 2022   06:00 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DARI BERMAIN, BELAJAR TOLERANSI

Belajar memiliki kelonggaran atau toleransi, dapat diperoleh dengan media bermain. 

 "Saya paling jengkel kalau melihat Bobi, bermain di rumah tetangga," ujar seorang Ibu. "Soalnya, sering kali Bobi merusak alat bermain milik anak tetangga yang harganya mahal, Bobi selalu merusakkan mobil-mobilan atau permainan lainnya," tambahnya dengan nada kesal. "Saya juga dibuat pusing dengan Joni, anak saya yang bungsu. Ia sungguh berbeda dengan kakaknya yang diam dan tak banyak tingkah, Joni begitu melihat air di tanah akibat hujan yang baru turun, selalu pulang dengan baju kotor dan jorok," ungkap ibu yang lain.

     Beragam keluhan terdengar dari para ibu sehubungan dengan aktivitas bermain anak. Biasanya, seorang ibu berkeinginan meskipun anak bermain, tapi badan anak bersih, alat bermain utuh, dan jangan terlalu rewel.

    Sebenarnya, apa yang terjadi pada anak ketika bermain? Sekadar memuaskan dorongan anak untuk bersenang-senang selayaknya dunia anak yang penuh dengan permainan dan kegembiraan, ataukah ada arti lain yang memengaruhi perkembangan psikologis anak?

Pengaruhi Kecerdasan 

Bermain bagi anak ternyata juga merangsang perkembangan kecerdasan. 

Paul Henry Mussen dan kawan-kawan dalam bukunya Child Development and Personality menyatakan, bahwa bukti dari beberapa riset dalam psikologi membuktikan fakta, anak-anak yang memiliki kesempatan bermain dengan peralatan permainan kompleks ternyata memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak suka bermain atau tidak memiliki kesempatan untuk bermain.

     Bermain bagi anak merupakan media untuk merangsang imajinasi dan fantasi untuk pengembangan aspek kognisi intelektual anak. Seorang anak yang bermain air hujan, sering berimajinasi sedang berada di tengah lautan dan ingin berperan sebagai nahkhoda kapal. la akan tekun membawa kapal-kapalan kecil di tengah gundukan tanah berlumpur dan mengalirkan air bekas hujan seakan-akan berada di sebuah galangan kapal.

    Bagi anak-anak petani, mereka membayangkan sedang mengurusi irigasi sawah dan ladang, membangun bendungan, memperbaiki pohon-pohon yang tumbang (dengan menaruh rumput-rumput kecil di gundukan tanah), dan sebagainya. Anak-anak pun bermain peran (role playing) misalnya pasar-pasaran dengan peralatan mini dan uang-uangan, pengantin-pengantinan, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun