Langkah pertama yang selayaknya diambil adalah menghadapi anak dengan tenang. Usahakan jangan terlalu pedulikan pada amukan anak, melainkan ajaklah dialog anak dengan berusaha mencari tahu sumber amukan.
Kedua, ajarkan empati. Tanamkan pada anak, bila anak terus mengamuk, maka ibu atau ayah pun bisa pula mengamuk.
Kata bernada sedikit "mengancam" ini dimaksudkan untuk melatih anak memberikan toleransi pada orang di luar dirinya, dan berpikir bahwa tindakan mengamuk merupakan tindakan yang kurang positif.
Peluk Erat
Berikan perhatian hangat jangan hanya ketika anak mengamuk saja. Sering kali anak merasa orangtuanya memberikan perhatian ketika anak mengamuk. Alhasil, anak menggunakan amuk sebagai "Kartu As" ketika ia minta perhatian orangtuanya.
Bila amukan anak cenderung berbahaya, peluklah dengan erat dan bawa ke tempat aman. Tunjukkan bahwa perhatian diberikan bukan karena amukan, tetapi semata, perasaan kasih sayang, dan anak tak perlu mengamuk kalau akan minta perhatian.
Tak jarang anak mengamuk karena bosan terhadap lingkungannya. Bisa pula karena ia kesepian (lonely feeling) karena jauh dari teman sebayanya (peer group).
Untuk amukan seperti ini, berikan permainan yang mengasyikkan dan penuh tantangan (challenging) dan temani anak sebentar sampai anak merasa ia perlu bermain sendiri. (re-write Endepe, 5.12.2022)
Referensi: Priyohadi, N.D., Mengasihi Anak Sepenuh Hati, 2011: Pustaka Rahmad dan Penerbit Panduan, Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H