Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belajar Manajemen Pelabuhan di Swedia

21 November 2022   12:52 Diperbarui: 21 November 2022   13:30 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan-jalan di musim Panas (Dokpri) 

TRANSPORTASI LAUT/KEMARITIMAN

Sejumlah Mahasiswa Indonesia Belajar di WMU Malm0 Swedia. Tulisan ini dibuat pada tahun 2004/2005, dan masih relevan untuk dipelajari atau dicermati. Semoga bermanfaat. 

Sepuluh orang mahasiswa Indonesia belajar di Program Pasca Sarjana World Maritime University, Malm, Swedia. Mereka terbagi dalam beberapa program studi Master of Science dengan spesialisasi Port Management (3 orang), Maritime Safety and Environment Protection (1), Maritime Administration (2 orang), Maritime Education and Training (2), Coastal and Integrated Management (1) orang, serta Shipping Management (1) yang direncanakan lulus pada oktober 2005 dan oktober 2006 tahun depan.

 Latar belakang mereka antara lain staf pengajar perguruan tinggi, pegawai BUMN Kepelabuhanan,  instruktur pendidikan kepelayaran, pegawai Departemen Perhubungan, Departemen Lingkungan Hidup, dan swasta. Mereka mengikuti program pendidikan standar master selama 17 bulan yang terdiri atas 1 tahun pertama adalah program matrikulasi (foundation studies), dan 9 bulan berikutnya adalah master degree program.

Semua mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa, baik dari Negara donor seperti Norwegia, Swedia,  Jepang, atau pun IMO. Selain itu, 5 dari sepuluh orang tersebut mendapatkan beasiswa dari The Sasakawa Scholarship, Nippon Foundation yang merupakan organisasi non pemerintah di Jepang yang memiliki kepedulian terhadap dunia maritime. Di Indonesia, Nippon Foundation yang dipimpin Mr. Yohei Sasakawa juga banyak memberikan bantuan beasiswa berupa undangan pelatihan atau seminar-seminar kemaritiman ke Jepang, misalnya dengan bermitra dengan Kobe University, Jepang.

World Maritime University sendiri adalah lembaga pendidikan khusus di bidang maritime yang mendapatkan mandate khusus dari IMO (International Maritime Organization)  Sampai tahun 2005 ini, tercatat alumnus WMU Malm telah mencapai lebih dari 2000 orang yang tersebar di 140 negara di dunia.  Saat ini dipimpin oleh presiden WMU, Dr. Karl Laubstein dan Vice President, Prof. Shuo Ma, PhD.


Sistem pendidikan WMU mengalami evaluasi secara bertahap sejak dinyatakan eksis berdiri pada tahun 1984. Pada November 2004 yang lalu, WMU mendapatkan evaluasi terpadu dari Asosiasi Universitas Eropa (EUA- the European University Association) yang memiliki keanggotaan 692 perguruan tinggi dari 45 negara di Eropa.

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan  antara lain kebutuhan pengembangan riset di bidang kemaritimen, sehingga mahasiswa yang tidak menulis disertasi (atau thesis dalam system pendidikan Amerika), diwajibkan menulis proyek penelitian (research project) sesuai spesialisasi yang dipilih. Selain itu, WMU juga mengadakan kerja sama dengan Shanghai University dan Dalian University di China dengan membuka program pendidikan master degree WMU di China.

Indonesia mendapatkan keistimewaan mengingat negeri ini adalah Negara kepulauan dengan potensi bisnis kemaritiman yang besar. Salah satu keistimewaan adalah adanya kesempatan bagi warga Indonesia untuk studi master di WMU baik dengan bea siswa maupun mandiri.

Negara kawasan ASEAN seperti Vietnam, Thailand,  Kamboja, Myanmar, juga mendapatkan fasilitas beasiswa meskipun tidak sebanyak warga Negara Indonesia. Satu-satunya Negara yang bersaing dari segi kuantitas mahasiswa adalah Philiphina, sementara China sebagian beasiswa sebagian disubsidi pemerintah dengan total mahasiswa 24 orang, sedangkan Iran yang dikenal kaya minyak memiliki mahasiswa sebanyak 28 orang dengan 100% subsidi pemerintah Iran.


Beberapa mahasiswa berasal dari Afrika seperti Kongo, Kamerun, Guine, Ghana, Ethiopia, Nigeria, selain juga mahasiwa dari negara Timur Tengah semacam Uni Arab Emirates, Oman, Saudi Arabia, Mesir, Maroko, Aljazair, juga India, Srilangka, Maldives, dan Bangladesh. Total mahasiswa 200 orang untuk kelas 2005 dan 2006 yang disebut berdasarkan tahun wisuda pasca sarjananya. Tidak heran, Internasional Day adalah peringatan yang cukup meriah di WMU yang menampilkan atraksi nasional masing-masing Negara, dan saling memamerkan pakaian khasnya.

Mengenai Indonesia, ada pendapat menarik dari salah seorang professor di WMU.

"Kami sangat tahu bahwa Port of Singapore sebagai transshipment (pengumpul) mendapatkan banyak feeder vessel (pengumpan) dari Indonesia. Negara kepulauan di Asia Tenggara ini juga sangat besar dari segi wilayah laut, juga besar dari potensi penduduk sebagai pangsa pasar bagi dunia industri internasional yang difasilitasi oleh industri pelayaran, "ungkap Prof. Shuo Ma dalam sebuah kesempatan diskusi mengenai Shipping and Port Marketing di WMU belum lama ini.

Mahasiswa Indonesia juga cukup aktif dalam  organisasi Student Council. Menurut mereka, keaktivitan  itu dimaksudkan  untuk meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional.

"Dalam beberapa diskusi, kami cukup mengelus dada karena Indonesia sering disebut sebagai wilayah paling berbahaya dari segi serangan bajak laut (piracy) dan juga perampokan di laut (armed robbery). Selat Malaka, sampai saat ini tetap selat tersibuk sekaligus ter-bahaya karena sering terjadi serangan bajak laut, "kata Arief Adhi Wibowo, staf Pelindo 2 Jakarta yang juga Course Representative WMU Student Council untuk mahasiswa jurusan Port Management, WMU.

Arief mengutipkan data dari Biro Maritime International (IMB-International Maritime Bureau) yang berpangkalan di Kuala Lumpur Malaysia melaporkan meskipun pada tahun 2004 jumlah serangan bajak laut menurun menjadi 325 dari angka 445 di tahun 2003, namun kekerasan terhadap pelaut meningkat dengan terbunuhnya 30 orang pelaut pada tahun 2004 oleh bajak laut, lebih besar dari tahun 2003 yang hanya 21 orang yang terbunuh.

Mahasiswa Indonesia yang belajar di WMU pada kenyataannya memang memiliki tanggung jawab ganda. Selain belajar sebagaimana mestinya seperti pelajar, juga sebagai wakil Indonesia yang harus mampu menjelaskan dengan baik masalah-masalah krusial semacam bajak laut di Selat Malaka, selain isu terorisme di bumi nusantara ini. Sejak kasus Blok Ambalat mengemuka, tidak  sedikit rekan-rekan mahasiswa WMU yang berasal dari berbagai Negara  menanyakan masalah ini.  (Nugroho Dwi Priyohadi, Swedia)

Jalan-jalan di musim Panas (Dokpri) 
Jalan-jalan di musim Panas (Dokpri) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun