Negara kawasan ASEAN seperti Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar, juga mendapatkan fasilitas beasiswa meskipun tidak sebanyak warga Negara Indonesia. Satu-satunya Negara yang bersaing dari segi kuantitas mahasiswa adalah Philiphina, sementara China sebagian beasiswa sebagian disubsidi pemerintah dengan total mahasiswa 24 orang, sedangkan Iran yang dikenal kaya minyak memiliki mahasiswa sebanyak 28 orang dengan 100% subsidi pemerintah Iran.
Beberapa mahasiswa berasal dari Afrika seperti Kongo, Kamerun, Guine, Ghana, Ethiopia, Nigeria, selain juga mahasiwa dari negara Timur Tengah semacam Uni Arab Emirates, Oman, Saudi Arabia, Mesir, Maroko, Aljazair, juga India, Srilangka, Maldives, dan Bangladesh. Total mahasiswa 200 orang untuk kelas 2005 dan 2006 yang disebut berdasarkan tahun wisuda pasca sarjananya. Tidak heran, Internasional Day adalah peringatan yang cukup meriah di WMU yang menampilkan atraksi nasional masing-masing Negara, dan saling memamerkan pakaian khasnya.
Mengenai Indonesia, ada pendapat menarik dari salah seorang professor di WMU.
"Kami sangat tahu bahwa Port of Singapore sebagai transshipment (pengumpul) mendapatkan banyak feeder vessel (pengumpan) dari Indonesia. Negara kepulauan di Asia Tenggara ini juga sangat besar dari segi wilayah laut, juga besar dari potensi penduduk sebagai pangsa pasar bagi dunia industri internasional yang difasilitasi oleh industri pelayaran, "ungkap Prof. Shuo Ma dalam sebuah kesempatan diskusi mengenai Shipping and Port Marketing di WMU belum lama ini.
Mahasiswa Indonesia juga cukup aktif dalam organisasi Student Council. Menurut mereka, keaktivitan itu dimaksudkan untuk meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional.
"Dalam beberapa diskusi, kami cukup mengelus dada karena Indonesia sering disebut sebagai wilayah paling berbahaya dari segi serangan bajak laut (piracy) dan juga perampokan di laut (armed robbery). Selat Malaka, sampai saat ini tetap selat tersibuk sekaligus ter-bahaya karena sering terjadi serangan bajak laut, "kata Arief Adhi Wibowo, staf Pelindo 2 Jakarta yang juga Course Representative WMU Student Council untuk mahasiswa jurusan Port Management, WMU.
Arief mengutipkan data dari Biro Maritime International (IMB-International Maritime Bureau) yang berpangkalan di Kuala Lumpur Malaysia melaporkan meskipun pada tahun 2004 jumlah serangan bajak laut menurun menjadi 325 dari angka 445 di tahun 2003, namun kekerasan terhadap pelaut meningkat dengan terbunuhnya 30 orang pelaut pada tahun 2004 oleh bajak laut, lebih besar dari tahun 2003 yang hanya 21 orang yang terbunuh.
Mahasiswa Indonesia yang belajar di WMU pada kenyataannya memang memiliki tanggung jawab ganda. Selain belajar sebagaimana mestinya seperti pelajar, juga sebagai wakil Indonesia yang harus mampu menjelaskan dengan baik masalah-masalah krusial semacam bajak laut di Selat Malaka, selain isu terorisme di bumi nusantara ini. Sejak kasus Blok Ambalat mengemuka, tidak sedikit rekan-rekan mahasiswa WMU yang berasal dari berbagai Negara menanyakan masalah ini. (Nugroho Dwi Priyohadi, Swedia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H