Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Gadis Kecilku

18 Oktober 2022   20:27 Diperbarui: 18 Oktober 2022   20:32 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ian dan Irene kugendong ketika itu (dokpri) 
Ian dan Irene kugendong ketika itu (dokpri) 
Memang anak-anak. Aroma sorga selalu terpancar dari aura jiwa mereka. Jika tiba harus kembai ke kantor, artinya balik dulu ke uar pulau, mas ian akan bertanya, "Kapan ayah ke sini lagi..., besuk ya,.... cepat ya....."

Hhhmmmm... Terpujilah Nama Tuhan....., ternyata kata-kata anak menyejukkan jiwa. Betapa penting kamu ayah...datanglah....demikian kira-kira pesan moralnya.

Dik Irene, gadisku yang istimewa. Dia akan pura-pura tidak tahu. Mungkin kesal, jegkel, marah, ditinggal ayah. Tapi ekspresinya cuek dan dingin.

"Adek, ayah mau baik nie..., ayo mau dipamiti ayah...."kata umi.

"Gak mau....adek mau mimik susu..."jawab adek.

Selepas balik, sy sering dikejutkan dengan hape dari umi.
Bukan suara salam, tapi tangisan. Dik Irene.

"Ayah... kapan ke cini....."sambil terdengar sesenggukan.

Lama hanya tangisan, dan jawaban ayah untuk meredakan tangis, lantas berhenti..

"ya.. sudah...dik irene hanya ingin menangis di telepon...sekarang sudah reda main ke luar rumah dengan mas ian, "kata umi menutup percakapan.

Adek, adek....., bidadari mungilku...., kau merebut hati ayahmu.

Demikian seterusnya. Tiap bertengkar dengan mas ian, atau jengkel, atau hanya menggoda ayah, dik irene nelepon ayah hanya untuk show of crying. Bila ayah nelepon, seringnya diterima umi atau mas ian, dan dik irene pura-pura tidak mau menerima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun