MENERBITKAN BUKU MANDIRI, DAN KEBERUNTUNGAN
Hidup itu dibuat senang saja, kata Gus Baha. Artinya banyak bersyukur dan istighfar. Bersyukur karena banyak karunia tidak ternilai dan terukur. Istighfar karena belum tentu kita dinilai pandai bersyukur oleh -- Nya, padahal jikalau kita syukur maka nikmat ditambah, jikalau kufur maka akan terkena azab.
Sama halnya dengan menulis buku. Saya merasa sangat beruntung lha kok buku saja secara "formal" kok banyak sekali yang sudah terbit. Bahkan sertifikat HAKI juga telah terbit.
Padahal, di balik itu memang ada strategi khusus yakni self publishing.
Sukanya karena kita mengendalikan penuh terhadap proses edit, cetak, dan edar.
Kalau ada keuntungan, bahkan juga kerugian, kita lah yang mengontrolnya. Hal ini berbeda dengan publikasi ke penerbit komersial: penulisnya hanya mendapat royalty tidak lebih dari 7 -- 9 %.
Artinya jika buku kita laku 100 milyard rupiah, jatah penulis hanya 7 -- 9 milyard rupiah. Kelihatan banyak di angka milyardnya, namun dibandingken selisih penjualan sebesar 93 atau 91 milyard, lebih banyak pihak penerbit yang menangguk keuntungan.
TERBITKAN SAJA SENDIRI
Maka pilihannya terbaik adalah: self publishing. Kita lah bos bagi diri sendiri, sekaligus buruh juga. Menerbitkan sendiri.
Meski demikian, masih akan ada pihak eksternal yang jebulnya ikut ngriwuki meskipun juga membantu; pihak pencetak buku.
Lantas, pasti kita juga minta bantuan jalur distribusi. Sebab tidak mungkin buku kita jual sendiri. Ya kalau 100-an copy masih bisa, saya pernah kewalahan memasarkan 3000 cetakan pertama buku karangan saya sendiri. Dan saya terbitkan sendiri.
Akhirnya minta bantuan pihak mitra. Dan penyakit kronis bangsa kita muncul: tidak disiplin.
Pasti harus ditagih-tagih progress penjualan, termasuk pembayaran.
Mbulet koyok ulet kalau terkait dengan uang uang dan uang. Sebagai contoh ada buku saya dijual online, si penjual ya tidak komunikasi atau koordinasi terkait uang penjualan.
Mau diproses hukum?
Walah, cape deh... uang tidak seberapa, ributnya tambah bisa lebih mahal dari uang yang hilang.
Maka, meskipun self publishing, kalau marketing masih juga mengandalkan mitra, risiko dibohongi atau bahkan ditipu, selalu ada.
Tipsnya; tumbuhkan saja mental wong sugeh pada diri kita. Mental orang kaya. Orang kaya itu lha mbok ditipu yo dibiarin, gak pengaruh, gak akan miskin, uang masih banyak. Namanya saja kaya sejak lahierr...
Namun kalau baperan, wuihhh... hobi menghitung berapa pieces buku yang laku, ngecek sana sini dan menagih uang penjualan.
Karena saya pernah melakukan itu, dan capek lahir batin, ya sekarang ta biarin saja.
Buku bisa laku dan atau terjual, dan dibaca orang, sudah Alhamdulillah.
Perkara uang, atau malah buku kita dibajak orang, jikalau bisa mencegah, cegahlah.
Nek gak isoh y owes nengno wae, dibiarin saja malah jadi pahala kita di akhirat.
Salah satu keberuntungan saya, selain buku parenting karya "original" ternyata tembus di atas 6000 eksemplar, dan semua wang milik saja hawong saya jual sendiri dan ada donator yang hebat memborong buku, juga saya banjir buku karya "non original" alias karya bersama.
Saya ingin berterima kasih kepada para pihak yang bersinergi selama ini, dalam karya artikel buku jurnal atau tulisan lainnya.
Kalau Buku Akademis atau Literatur, agak susah menjualnya meskipun perlahan juga laku dan punya segmen pembeli tersendiri.
Saya selalu beruntung dan ingin terus bersyukur, bahwa dengan menulis ternyata bukan hanya uang yang didapat, terlebih adalah silaturahmi. SIlaturahmi ini justru lebih hebat; usia semakin panjang barokah, rezeki juga semakin berlimpah.
Kepada guru-guru saya, terima kasih tidak terhingga untuk; Bapak Drs. H. Sujono MM, mantan GM Pelabuhan Kumai yang juga dosen senior di Stiamak Barunawati Surabaya, bapak Mardi guru SD saya di Bantul Yogyakarta yang banyak mengajarkan ide di kalau usia dini dahulu, dan tentu saja rekan kami di Stiamak yang intensif berkarya bersama untuk dunia pendidikan Indonesia; Pak Soedarmanto, Pak Mudayat, Pak Fail, Pak Sumarzen, Pak Gugus, Pak Rumaji, dan masih banyak lagi.
Mari kita terus berkarya untuk Indonesia. Publikasi buku, artikel karya tulis lain adalah bagian dari cara kita menebarkan ilmu pengetahuan, amalan yang abadi meski kita mati nanti.
Doa anak soleh, amal jariah, dan ilmu yang bermanfaat adalah janji Allah akan mengalirkan pahala tanpa henti.
Mari kita terus berkarya. (7 Juli 2022 -- Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H