Sister City, Sister Port - Surabaya Best Practise
[ Senin, 21 Juni 2010 ]
Surabaya, Best Practice Sister City
Oleh: Nugroho Dwi Priyohadi *
BELUM lama berselang, tepatnya pada 16-17 Juni lalu, Pemkot Surabaya mengadakan Workshop Best Practises Sister City dan e-Government dengan mengikutsertakan peserta dari berbagai unsur pemerintah kabupaten (pemkab), dan pemerintah kota (pemkot) di Indonesia. Ini terkait dengan penetapan pemerintah pusat terhadap Kota Surabaya sebagai The Best Practise Sister City dan e-government tingkat Nasional.
Penetapan oleh Kementerian Dalam Negeri tersebut menjadi bukti bahwa ada kemajuan yang diraih Pemkot Surabaya. Ini sekaligus menghadirkan konsekuensi untuk melakukan perbaikan terus-menerus (continuous improvement) dan tidak terlena dengan pujian dan sanjungan.
Dalam konteks ini, perjuangan untuk menumbuhkembangkan pembangunan jelas ada di depan mata. Dan, sungguh tepat bahwa salah satu agenda yang telah dijalankan pemkot adalah kunjungan lapangan pada 17 Juni 2010 lalu, mengikutsertakan peserta workshop, ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yang dikenal memiliki sister port dengan jaringan pelabuhan internasional.
Bila Pemkot Surabaya telah berupaya menjalin jejaring internasional, misalnya Kota Pusan (Busang) Korea, penjajakan ke Xiamen dan Guangzhou, Tiongkok, serta mengajak bersama masyarakat industri untuk melakukan aktivitas semacam studi komparatif terhadap sister port, yakni Kochi, Jepang; Seatle, Amerika Serikat, dan Busan, Korea, sebuah kebetulan yang cukup baik untuk mencoba menyajikan di sini pengalaman penulis selama di Korea belum lama berselang.
Diharapkan Pemkot Surabaya atau pihak mana pun dapat mengambil manfaat atas deskripsi dan narasi terkait dengan program yang penulis ikuti di Korea Selatan.
International Network of Affiliated Ports (INAP)