Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Penanganan Banjir Rob di Banjarmasin

12 Juni 2022   05:25 Diperbarui: 12 Juni 2022   05:50 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koran B Post (dokpri) 

Maka tidak heran, jika jaman kolonial pelabuhan yang maju adalah Tanjung Priuk di Batavia Jakarta, dan Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Kajian teknik sipil dan manajemen kepelabuhanan menunjukkan bahwa struktur tanah yang selalu rutin mengalami penurunan, bukanlah tempat ideal untuk bongkar muat barang pelabuhan. Setelah teknologi dolly system (teknik memompa air rob ke laut) ditemukan dan pengendalian rob dikembangkan, pelahan tapi pasti Semarang berkembang menjadi terminal pelabuhan yang maju pesat.

Namun ancaman rob dan intrusi air laut yang menyebabkan penurunan permukaan tanah (land subsidence) terus terjadi setiap tahun yang mencapai rerata 10 cm setiap tahun. Jelas ini menjadi tantangan tersendiri, sehingga peneliti masih perlu untuk melanjutkan teknologi penanganan dan penanggulangan rob di Semarang.

Berbeda dengan Semarang yang risiko banjir rob karena permukaan tanah daratan yang semakin turun, di Banjarmasin malah sebaliknya adanya penaikan permukaan tanah. Sayangnya, tanah yang naik di Banjarmasin itu bukanlah tanah daratan, melainkan perairan alias sedimentasi yang cukup parah di berbagai sudut sungai besar, anak sungai, hingga cucu cicit sungai likuk likuk sungai sampai ke tengah pemukiman warga.

Silakan dikroscek di lapangan. Semua papan infomasi nama sungai, diikuti oleh data panjang sungai, lebar sungai, dan nama sungai tentu saja. Namun tidak ada informasi terkait kedalaman dan perkiraan kecepatan alur sungainya dan debit air.

Hal ini selain karena pendataan memang lebih mudah mengukur panjang dan lebar, juga karena pengukuran kedalaman sungai, apalagi anak cucu cicit sungai, sangat langka dilakukan.

Pengukuran dan perawatan kedalaman sungai hanya ada di alur pelayaran komersial yang dilakukan oleh BUMN bekerja sama dengan pihak swasta dengan teknologi kapal pemeliharaan kedalaman (dredging technology). Padahal ancaman sedimentasi tidak hanya di alur pelayaran komersial, justru di banyak anak cucu cicit sungai, urat nadi sungai pelayaran rakyat, sangat rentan terhadap sedimentasi.

Sedimentasi ini disebabkan faktor alamiah semacam erosi, dan juga faktor non alamiah yakni polusi tanah dari pertambangan dan riak gelombang pemicu sedimentasi. Belum lagi sampah dari rumah tangga yang bisa jadi jumlahnya tidak sebanyak residu dari pertambangan, namun tetap turut menyumbang sedimentasi perairan Banjarmasin.

Perbedaan karakteristik antara Semarang dan Banjarmasin ini mewajibkan pemangku kepentingan agar melakukan tindakan yang lebih tepat dalam rangka pencegahan dan penanganan banjir rob di Banjarmasin. Jika di Semarang lebih focus kepada pemompaan air ke laut (dolly system), dan pencegahan intrusi air laut dengan memperketat aturan ekspolitasi air tanah, maka di Banjarmasin dapat lebih focus kepada pemeliharaan kedalaman sungai termasuk anak cucu cicit sungai, dan menyiapkan teknologi kapal keruk untuk menjamin kedalaman sungai dapat dilewati limpahan air laut pasang atau rob.

PERLUNYA TINDAKAN PENCEGAHAN

Dengan demikian, setidaknya para pemangku kepentingan dapat melakukan 3 langkah utama untuk mencegah tenggelamnya Kota Banjarmasin.

Pertama, tindakan pencegahan. Pencegahan ini berarti bagaimana caranya agar sedimentasi dapat dicegah dengan cara semua data sungai wajib mencantumkan kedalaman alur sungai. Baik itu sungai besar, maupun sungai kecil sampai ke dalam jaringan sungai alur pelayaran rakyat.  Semua wajib mencantumkan informasi kedalaman (depth of water), sehingga setiap tahun ada data yang bisa dibaca diinterpretasi, apakah sedimentasi bergerak cepat, atau masih dalam batas kewajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun