Namun gaib itu ada.
Sebagaimana ramalan kelak hidup dunia ini akan berahir secara fisik.
Bukankah Sapardi Djoko Damono juga meramalkan: waktu itu fana dan manusia abadi.
Apakah manusia secara fisik, atau nirfisik, atau bahkan metafisik?
Apapun, manusia akan diminta pertanggungjawaban atas pilihan sikap, perilaku, jejak langkah selama menjalani hidup ini.
Itu adalah gaib.
Ia ada, namun tidak tampak secara fisik.
Sebagaimana pikiran memerintahkan otak untuk merekonstruksi ide dan menyuruh jari jemari mengetik sehingga lahir artikel Kompasiana.
Apakah itu karya jari, karya otak, karya hati, atau karya pikiran sebagai sebuah integrasi antara hati, pikiran, dan mood atau perasaan?
Itu adalah gaib.
Gaib itu ternyata ada. Maka bersiaplah semua manusia untuk bertanggung jawab menghadapi gaib.