Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Money

Masihkah Relevan Strategi Budaya Perusahaan?

22 September 2021   11:10 Diperbarui: 22 September 2021   14:26 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kinerja lapangan bukti kongkret kinerja perusahaan (dok.tps.co.id)

Dari mana asalnya strategi perusahaan atau corporate culture itu? Apakah ia sebagai sebab, ataukah ia sebagai akibat? 

Sebagian masih sangat percaya, bahwa budaya perusahaan adalah sebuah sebab. Artinya ia adalah sebuah strategi, yang perlu ditanamkan ke dalam organisasi, wabil khusus kepada pegawainya. 

Ini dimengerti oleh banyak jurnal yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berpengaruh kepada kinerja korporasi. Kinerja korporasi terdiri atas kinerja indiviu. Dan seterusnya.

Namun ada juga yang menyatakan bahwa sejatinya budaya perusahaan adalah sebuah akibat.

Pendiri utama atau CEO adalah pemilik utama nilai budaya yang akan mempengaruhi kehidupan korporasi.

Adalah Jack Welch, maestro bisnis General Electric (GE) yang dikabarkan spektakuler menerapkan budaya sebagai strategi bisnis.

Hal ini pertanyaan, siapa CEO terhebat dalam lima puluh tahun terakhir?

Jika ente  seperti kebanyakan orang, kemungkinan besar Anda menjawab, "Jack Welch," dan mudah untuk mengetahui alasannya. Welch menjalankan General Electric, salah satu perusahaan paling ikonik di Amerika, selama dua puluh tahun, dari 1981 hingga 2001. Para pemegang saham GE makmur selama masa Welch, dengan pengembalian tahunan gabungan sebesar 20,9 persen. 

Jika ente  telah menginvestasikan satu dolar dalam saham GE ketika Welch menjadi CEO, dolar itu akan bernilai luar biasa $48 ketika dia menyerahkan kendali kepada penggantinya, Jeff Immelt.

Pertanyaannya adalah, apakah saat ini GE masih eksis atau malah deklaining? 

Pada tahun 2019, sebuah berita menyentak bahwa : "CEO General Electric (GE), Larry Culp membeli hampir US$ 2 juta (Rp 28 miliar) saham perusahaan, setelah laporan soal manipulasi perusahaan itu tersebar.

Culp membeli 252.200 saham dikisaran US$ 7,93. Culp, yang mengambil alih konglomerasi yang sempat kesulitan tahun lalu, telah menduplikat kepemilikannya di GE. "

Lantas situasi memang agak runyam karena tuduhan mengerikan untuk sekelas GE yang sempat berjaya di masa Jack Welch.

Pewartaan yang memang sangat mengagetkan.

Sebelumnya, Harry Markopolos seorang auditor investigasi khusus kecurangan perusahaan menyebut GE telah melakukan "penipuan besar" hingga US$ 38 miliar. 

Sekedar ilustrasi dunia nyata yang very poor (DOkpri)
Sekedar ilustrasi dunia nyata yang very poor (DOkpri)

Lebih lanjut dalam sebuah interview, Markopolos mengatakan pihaknya menemukan indikasi adanya penggelembungan di unit asuransi GE karena kebutuhan akan dana hingga US$18,5 miliar.

Jumlah yang tidak terbilang sedikit. Sama halnya dengan perusahaan di pelayaran niaga besar, ternyata melaba disebabkan hobinya menumpuk hutang alias bayar kewajiban ditunda melulu.

Sebaliknya, kejadian yang mirip ada juga modus operandi pendapatan 10 tahun ke depan, dibuku tahun ini, padahal belum tentu pendapatan tersebut nantinya likuid.

Kembali ke GE, bagaimana ceritanya kok bisa begitu? 

Markopolos menulis, timnya melakukan 7 bulan penuh investigasi untuk mendapatkan bukti. GE, ditulisnya, juga tidak menghitung bisnis migasnya dengan benar. 

Diakhiri laporannya ia menegaskan GE melakukan manipulasi hingga US$38 miliar. Wow wow.... pijimene ini lantasnya? 

Temuan tersebut dikatakannya merupakan puncak gunung es, yang bisa menghancurkan GE.

Welll......... welll................ jadi apakah strategi budaya perusahaan memang masih relevan jika mbahnya asal usul strategi corporate culture ternyata justru di ambang kehancuran?

Kesimpulan sementara: strategi budaya perusahaan menjadi pertanyaan jika merujuk kepada GE. 

Ekonomi Pelayaran Pelabuhan 

Sejatinya kinerja ekonomi nasional dapat juga dilihat dari sisi nyata kinerja di lapangan. Khususnya adalah kinerja bongkar muat di terminal petikemas. 

Untuk itu, Stiamak Barunawati Surabaya mengaktivasi kegiatan visit lapangan untuk melihat langsung bagaimana kinerja operasional alat berpengaruh langsung kepada kinerja organisasi.

Bukan semata kajian atas kinerja berdasar budaya organisasi, melainkan utamanya  melihat produktivitas bongkar muat, kinerja alat, dan produktivitas  operator di lapangan. 

Menjelang merger BUMN Pelabuhan, kajian ini semakin penting untuk ditindaklanjuti. Oktober 2021 tinggal menghitung hari. 

(22.09.2021-Endepe) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun