Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengapa Langit Berwarna Biru?

20 September 2021   04:51 Diperbarui: 20 September 2021   04:52 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada jawaban lain dari ahli fisika/Sejatinya warna cahaya matahari tersusun dari cahaya mejikuhibiniu, loh. Yap! (me)rah, (ji)ngga, (ku)ning, (hi)jau, (bi)ru, (ni)la, dan (u)ngu/

Seperti warna pelangi/ Yang memendar selepas hujan di tengah hari/

Pada awalnya ada penjelasan yang lebih fisika/ Bahwa  matahari memancarkan cahaya yang membawa berbagai panjang gelomban/

Di antaranya x-ray, sinar ultraviolet, cahaya tampak (mejikuhibiniu), dan bahkan gelombang radio (radio waves)/

Namun atmosfer bumi menghalau x-ray, sinar ultraviolet, serta gelombang radio/ Dan hanya menyisakan cahaya tampak untuk masuk ke bumi/

Penghamburan cahaya dengan panjang yang berbeda/ menyisakan warna ke bumi yakni biru/

Apakah warna biru itu memang ada? Mungkin juga tidak ada, kata filsuf/

Sebab ketika matamu ditutup/ Tidak ada lagi warna biru/ Selain kegelapan yang nyata/

Jadi apakah warna biru memang ada? / Bisa jadi tidak ada/ Begitulah kata filsuf/

Apakah dunia ini ada? / Bisa jadi tidak ada/ Jika hatimu tertutup oleh kegelapan/

Sebab di sisi lain/ Kegelapan dan keterangan juga tergantung hatimu/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun