Setelah viral adanya hembusan nafas yang konon mematikan meskipun berjeda sekian bulan akhirnya orang pun waspada. Selain semakin disiplin menggunakan masker, juga harus patuhi jaga jarak dan protokol kesehatan lainnya.
Sebagian orang mungkin tetap tidak percaya bahwa bisa saja orang menghirup virus berbahaya sehingga berakibat kematian. Anggaplah memang ada yang berpulang bukan karena virus. Atau wafat dan dinyatakan negatif.
Tapi siapa yang mau cepat berpulang? Kira-kira nalarnya demikian sehingga kewaspadaan masyarakat memang perlu terus ditingkatkan.
Sekarang kita diskas awam tentang virus varian Delta yang konon sangat ganas.
Ciri orang yang ketularan virus ini saja sangat mudah dikenali jika kita melihat aitem yang dideskripsikan banyak tenaga ahli kesehatan.
Antara lain ahlinya ahli yakni Profesor Kedokteran Darurat dan Kesehatan Internasional di John Hopkins University, Dr Bhakti Hansoti, mereka yang terpapar varian Delta ini memiliki beberapa gejala umum, antara lain: (1) Sakit perut (2). Hilangnya selera makan (3) Mual (4) Nyeri sendi (5) Gangguan pendengaran.
Dalam bahasa awam perut sebah, gak pingin makan padahal lapar, sampai agak budheg budheg karena telinga mendenging. Gejala yang mirip juga diderita oleh pasien asam lambung atau tipus pun juga mirip.
Beberapa ahli mengatakan bahwa virus ini bisa menular hanya dengan interaksi 5 - 10 detik dengan penderita.
Hidung buntu, pilek demam batuk, juga menyertai gejala gangguan akibat varian virus Delta. Puncaknya adalah dada sesak seperti ditindih gajah, kalau ini bahkan sudah ada bukti keluarga saya ada yang mengalami ketika dinyatakan positif covid19.
Alhamdulillah dengan upaya keras dan doa, bisa pulih sehat kembali.
HEMBUSAN NAFAS BERBAHAYA
AKhirnya memang kita semua harus semakin disiplin menggunakan masker. Hembusan nafas yang hanya terhitung sekian detik, menurut para ahli memang berisiko penularan.
Apalagi kalau sengaja menghirup dengan mulut terbuka.
Ibarat helm bagi pengendara motor, maka menghirup nafas pasien covid adalah seperti menjatuhkan kepala kita ke aspal tanpa helm.
Meskipun yang berhelm belum tentu mengalami kecelakaan, namun menghirup nafas pasien covid19 adalah ibarat kepala jatuh ek aspal tanpa helm.
Akhirnya fatal.
Pasti ada teori takdir juga bahwa kepala jatuh ke aspal belum tentu meninggal juga. Tergantung aspalnya keras atau malah terlempar ke sungai. Sehingga kepala tidak membentur keras.
Apa pun, risiko harus dihindari.
Maka himbauan saya semoga ini kebaikan; rajinlah memakai masker, patuhi protokol, jaga jarak dan jauhi kerumunan, dan terus disiplin.
Semoga kita dapat melewati pandemi ini dengan sehat selamat berlimpah barokah hidayah Tuhan Yang Maha Esa. (17.07.2021-Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H