POLITIK TELUR REBUS
Memang kalau dilihat dalam kacamata politik, mungkin ini yang dinamakan politik telur rebus.
Dulu ada tudingan politik kue dan operasi subuh atau operasi sembako yang dilakukan pada dini hari sebelum hari H Pilkada atau Pileg dan sejenisnya.
Sekarang dengan politik telur rebus ini, pasti politisi akan kebingungan ini gerakan politis atau murni filantropis seorang menteri yang memang sering gerah melihat masalah di lapangan?
Kalau dalam kacamata sufistik, maka telur rebus akan dimakan dan akan menjadi daging sebagian. Pemakannya akan selalu ingat siapa yang memberi telur itu. Dan kebaikan akan terus terbagi karena konsumen telur rebus akan berterima kasih.
Di tengah kecurigaan politis, telur rebus yang dikonsumsi rakyat adalah nyata dan langsung masuk perut. Apalagi kalau di hari siang terik atau malam larut, asupan nutrisi adalah vital dan konsumen akan sangat dalam mengingat siapa pemrakarsa ini.
Dan bukan Bu Risma kalau berhenti hanya karena dicurigai. Ia akan terus menerus berbuat baik bagi rakyat apa pun komentar orang.
Jadi filantropis Bu Risma ini akan semakin mendapatkan simpati rakyat.
Dan politisi yang tidak murni hanya akan senam jantung kok ya bisa ide brillliyan datang dari seorang Ibu yang teguh hati di mana pun selalu ingin berbakti bagi rakyat?
Selamat menikmati telur rebus nutrisi nyata dari emaknya Arek Suroboyo. Jangan berharap susu beruang karena itu malahan membuat strategi pasar yang menghilangkan produk dari lapangan.
Telur rebus Bu Risma adalah praktik nyata mendukung bakul telur rakyat, dan menggerakkan semua gerak lapangan dengan asupan nutrisi yang lumayan baik.