Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Stiamak Kaji Worklife Balance Versus Worklife Integration

8 Juli 2021   18:48 Diperbarui: 8 Juli 2021   19:15 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stiamak Barunawati Surabaya sebagai sekolah tinggi yang fokus mempelajari administrasi bisnis dengan konsentrasi logistik dan manajemen kepelabuhan semakin hangat berdiskusi masalah work life balance (WLB). Konsepsi yang saat ini juga mulai dibantah atau dikoreksi dengan adanya work life integration (WLI). 

Bagaimana dinamika yang ada, mari kita bahas sejenak mengenai masalah ini yang sempat dibahas dalam Kuliah Sumber Daya Manusia di Stiamak Barunawati Surabaya (8 Juli 2021 pukul 1300 - 1500 WIB).

Sejarah Singkat Work-Life Balance

Ini adalah tahap akhir dari Revolusi Industri dan orang-orang terlalu banyak bekerja. Di Inggris, rata-rata pekerja bekerja 14-16 jam sehari, 6 hari seminggu.

Jam kerja yang panjang ini menimbulkan biaya sosial dan kesehatan, terutama bagi anak-anak kecil yang juga bekerja. Para reformis buruh memperhatikan hal ini sampai Inggris menyetujui pengurangan jam kerja bagi perempuan dan anak-anak.

Sekitar waktu yang sama, AS mulai melacak jam kerja para pekerjanya dan menemukan bahwa, rata-rata, para pekerjanya bekerja lebih dari 100 jam seminggu.

Jam kerja ini menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan yang serius bagi seluruh negeri. Pada 24 Oktober 1940, setelah puluhan tahun gerakan pekerja, AS secara resmi mengamandemen Undang-Undang Standar Perburuhan yang Adil dan mengadopsi 40 jam kerja seminggu. Ini adalah langkah pertama dalam memberikan pekerja lebih banyak waktu.

Istilah sebenarnya "keseimbangan kehidupan kerja" pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1980-an sebagai papan dalam Gerakan Pembebasan Wanita.

Gerakan ini menganjurkan jadwal yang fleksibel dan cuti hamil bagi perempuan. Tapi sementara laki-laki secara sosial tidak terbebani untuk mengejar tujuan karir mereka tanpa khawatir tentang rumah tangga dan membesarkan keluarga, perempuan yang bekerja diharapkan untuk bekerja dan mempertahankan tanggung jawab untuk rumah tangga dan membesarkan keluarga.

Di tahun 80-an, sebuah pengulangan yang sering menunjukkan ketidakseimbangan kehidupan kerja yang jelas ini menanyakan apakah wanita di tempat kerja benar-benar "memiliki semuanya". Meskipun menyuarakan kebutuhan ini, wanita mengalami sedikit kelegaan atau gerakan menuju keseimbangan kehidupan kerja.

Work Life Integration (WLI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun