Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jaman Pak Harmoko SIUPP Sangat Berharga

5 Juli 2021   12:21 Diperbarui: 5 Juli 2021   12:26 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Innalillahi wainnailaihi rajiun setiap manusia yang berasal dari Tuhan akan kembali kepada Tuhan. Demikian halnya dengan Bapak H. Harmoko yang sangat ikonik di jaman Orde Baru Pak Soeharto.

Beliau paling ditunggu oleh pemirsa untuk pengumuman harga sembako. Banyak rakyat di desa ketika itu sangat senang jika di TVRI ada Pak Harmoko. Terkesan luwes murah senyum dan selalu memperlihatkan respek secara verbal kepada Pak Harto dengan statemen yang legendaris "Atas petunjuk Bapak Presiden......".

Keluarga saya ada yang mencoba mencatat harga sayur mayur versi pengumuman beliau ketika itu.

Namun sering terjadi komedi di pasar ketika kami mencoba menawar harga dengan merujuk harga di TVRI dan RRI, bakul sayur mengatakan "Kalau mau harga itu ya belinya di RRI sana mas mbak.... kalau di sini ya harga pasaran di sini...".

Wah.... namun singkat cerita dinamika ketika itu penuh romantika. Meski harga bisa beda, namun harga pasar pengumuman dari Pak Harmoko dijadikan acuan yang membahagiakan bagi rakyat di desa.

SIUPP Bertahan Sampai 1998 

Pada bulan sekira Desember 1997, saya keterima sebagai jurnalis di kompleks industri Kawasan Pulo Gadung Jakarta Timur.

Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) masih sangat berharga dan "dijual" mahal oleh banyak kalangan industriawan jurnalisme dan penerbitan.

Sampai bos saya punya 5 SIUPP yang pernah terbit majalah/hariannya/mingguannya, namun ada mulai krisis dan reformasi 1998, mulai tersendat sendat penerbitan fisik majalah/mingguan/harian tersebut.

Denger dengar hasil KEPO, setiap satu SIUPP itu ditawar oleh beberapa pengusaha sampai 500 juta sehingga total 5 siupp adalah 2,5 milyard rupiah. Tahun 1997-1998 ketika itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun