Maka untuk menghindari ghibah dan fitnah, bicarakan baik-baik di group resmi.
Kalau teman sekerja dipuji atasan, jangan dighibah atau bahkan difitnah. Sebab akan ketahuan kalau pelaku ghibah dan atau fitnah sebenarnya pengangguran nyata di sebuah organisasi.
***
Bagaimana perspektif agama melihat ini? Saya ingin mengutipkan konteks muslim:
Ghibah dan fitnah adalah hal yang sering kali dilakukan tanpa sadar oleh semua orang. Gihbah dan fitnah sering kali dilakukan ketika manusia satu berkumpul dengan manusia lainnya dan kurang bisa menjaga pembicaraan untuk sesuatu yang baik. Padahal, Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa lebih baik kita diam ketika tidak mampu membicarakan kebaikan.
Inilah hadist masyhur tentang Ghibah dan Fitnah :
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tahukah engkau apa itu ghibah?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Ia berkata, "Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain." Beliau ditanya, "Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya." (HR. Muslim)
Inilah hukuman bagi pelaku ghibah:
" Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang." (Al-Hujurat/49: 12)
Jadi ghibah itu ibarat - bisa nyata di akhirat - makan bangkai manusia yang sudah mati.